Kisah Pratu Suparlan, Legenda Kopassus Berjuluk Rambo Pembantai Pasukan Komunis Fretilin
loading...
A
A
A
Wilayah ini terkenal sangat rawan sebab menjadi sarang tokoh-tokoh utama Fretilin yang memiliki persenjataan unggul pada masanya serta pasukan terlatih dengan pengalaman perang mumpuni.
Misi dimulai dengan rencana pasukan Kopassandha menyergap Pos Pengamatan Fretilin untuk memudahkan langkah. Namun, setelah rencana berhasil, tiba-tiba pasukan Fretilin berjumlah sekitar 300 orang muncul dari berbagai arah lengkap dengan senjata canggih.
Mereka menggunakan senapan serbu, mortar dan GLM. Posisi pasukan Kopassandha juga tidak menguntungkan. Dengan jumlah pasukan dan kelengkapan senjata berbeda jauh, ditambah posisi terdesak di pinggir jurang, satu per satu anggota pasukan gugur.
Anggota Kostrad yang menjaga baris depan hampir seketika tumbang, diikuti tiga orang lain dari formasi belakang. Kondisi saat itu semakin terdesak, dan pasukan TNI butuh untuk mundur untuk kembali menyusun strategi.
Kalah jumlah dan persenjataan, pasukan ini mundur sampai pada bibir jurang. Satu-satunya jalan melalui celah bukit dan butuh waktu yang tepat agar mereka bisa lolos sebelum pasukan Fretilin menutup celah tersebut.
Pada momen krusial ini, Dantim memerintahkan anggota yang tersisa untuk meloloskan diri. Pratu Suparlan kemudian mengajukan diri untuk mengadang musuh, mengulur waktu agar pasukan kecil tersebut dapat melarikan diri dengan selamat.
Pratu Suparlan lalu mengambil senapan mesin otomatis FN milik rekannya yang gugur lalu menghampiri pasukan Fretilin. Banyak tembakan mengenai tubuhnya. Saat itu dia sudah diperingatkan agar mundur.
Saksi mata mengatakan, Pratu Suparlan pada momen ini terlihat seperti banteng, mengejar pasukan Fretilin tanpa lelah meski dalam keadaan terluka. Setelah amunisi habis, dia belum juga menyerah dan terus melakukan perlawanan.
Misi dimulai dengan rencana pasukan Kopassandha menyergap Pos Pengamatan Fretilin untuk memudahkan langkah. Namun, setelah rencana berhasil, tiba-tiba pasukan Fretilin berjumlah sekitar 300 orang muncul dari berbagai arah lengkap dengan senjata canggih.
Mereka menggunakan senapan serbu, mortar dan GLM. Posisi pasukan Kopassandha juga tidak menguntungkan. Dengan jumlah pasukan dan kelengkapan senjata berbeda jauh, ditambah posisi terdesak di pinggir jurang, satu per satu anggota pasukan gugur.
Anggota Kostrad yang menjaga baris depan hampir seketika tumbang, diikuti tiga orang lain dari formasi belakang. Kondisi saat itu semakin terdesak, dan pasukan TNI butuh untuk mundur untuk kembali menyusun strategi.
Kalah jumlah dan persenjataan, pasukan ini mundur sampai pada bibir jurang. Satu-satunya jalan melalui celah bukit dan butuh waktu yang tepat agar mereka bisa lolos sebelum pasukan Fretilin menutup celah tersebut.
Pada momen krusial ini, Dantim memerintahkan anggota yang tersisa untuk meloloskan diri. Pratu Suparlan kemudian mengajukan diri untuk mengadang musuh, mengulur waktu agar pasukan kecil tersebut dapat melarikan diri dengan selamat.
Pratu Suparlan lalu mengambil senapan mesin otomatis FN milik rekannya yang gugur lalu menghampiri pasukan Fretilin. Banyak tembakan mengenai tubuhnya. Saat itu dia sudah diperingatkan agar mundur.
Saksi mata mengatakan, Pratu Suparlan pada momen ini terlihat seperti banteng, mengejar pasukan Fretilin tanpa lelah meski dalam keadaan terluka. Setelah amunisi habis, dia belum juga menyerah dan terus melakukan perlawanan.