Sebulan Tak Turun Hujan, Warga Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih
loading...
A
A
A
"Kami harus bayar Rp130 ribu untuk air bersih 5.000 liter," kata dia.
Warga memang harus membeli air bersih dengan biaya yang tidak murah karena bantuan pemerintah tak kunjung tiba.
Mini menyebut tak hanya padukuhan Temuireng 1, tetapi juga Temuireng 2, dan Gebang.
Dia mengungkapkam, sulitnya mendapatkan air bersih itu mulai mereka rasakan sejak 2 pekan ini. Persediaan air di penampungan warga sudah habis sementara air telaga juga sudah mulai mengering.
Telaga di dekat perkampungannya sebenarnya masih ada sedikit airnya, namun tidak bisa dimanfaatkan warga. Ketika airnya diambil maka langsung keruh karena bercampur dengan lumpur. Sehingga satu-satunya upaya yang mereka lakukan saat ini adalah membeli air dari penyedia jasa air bersih.
"Ya harus beli. Mau dari mana dapatnya,*tutur dia.
pertanki ukuran 5000 liter dia harus menebus dengan uang Rp130 ribu. Sebuah angka yang tidak kecil di tengah situasi ekonomi yang tengah di masa sulit.
Karena untuk jeluarga kecilnya yang terdiri dari 2 anak dan suami, dia sudah menghabiskan 3 tangki air bersih kapasitas 5 ribu liter.
Mini berharap agar hujan segera turun kembali dan ada uluran dari pemerintah. Karena jika harus membeli air bersih terus, kebutuhan hidup lain tidak bisa tercukupi mengingat suaminya sebagai buruh serabutan dengan hasil yang tidak menentu.
Dikonfirmasi terpisah Lurah Girisuko, Jamin Paryanto mengungkapkan jika hujan sudah menghilang sekitar satu bulan terakhir. Hal ini memicu warga kesulitan mendapatkan air bersih terutama wilayah yang belum terjangkau pipa PDAM.
Warga memang harus membeli air bersih dengan biaya yang tidak murah karena bantuan pemerintah tak kunjung tiba.
Mini menyebut tak hanya padukuhan Temuireng 1, tetapi juga Temuireng 2, dan Gebang.
Dia mengungkapkam, sulitnya mendapatkan air bersih itu mulai mereka rasakan sejak 2 pekan ini. Persediaan air di penampungan warga sudah habis sementara air telaga juga sudah mulai mengering.
Telaga di dekat perkampungannya sebenarnya masih ada sedikit airnya, namun tidak bisa dimanfaatkan warga. Ketika airnya diambil maka langsung keruh karena bercampur dengan lumpur. Sehingga satu-satunya upaya yang mereka lakukan saat ini adalah membeli air dari penyedia jasa air bersih.
"Ya harus beli. Mau dari mana dapatnya,*tutur dia.
pertanki ukuran 5000 liter dia harus menebus dengan uang Rp130 ribu. Sebuah angka yang tidak kecil di tengah situasi ekonomi yang tengah di masa sulit.
Karena untuk jeluarga kecilnya yang terdiri dari 2 anak dan suami, dia sudah menghabiskan 3 tangki air bersih kapasitas 5 ribu liter.
Mini berharap agar hujan segera turun kembali dan ada uluran dari pemerintah. Karena jika harus membeli air bersih terus, kebutuhan hidup lain tidak bisa tercukupi mengingat suaminya sebagai buruh serabutan dengan hasil yang tidak menentu.
Dikonfirmasi terpisah Lurah Girisuko, Jamin Paryanto mengungkapkan jika hujan sudah menghilang sekitar satu bulan terakhir. Hal ini memicu warga kesulitan mendapatkan air bersih terutama wilayah yang belum terjangkau pipa PDAM.