Sebulan Tak Turun Hujan, Warga Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih

Sabtu, 18 Mei 2024 - 18:31 WIB
loading...
Sebulan Tak Turun Hujan,...
Warga Gunungkidul, DIY mulai kesulitan mendapatkan air bersih usai hujan tak kunjung datang dalam sebulan terakhir. Mereka terpaksa membeli air bersih. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
GUNUNGKIDUL - Warga Gunungkidul, DIY mulai kesulitan mendapatkan air bersih usai hujan tak kunjung datang dalam sebulan terakhir. Mereka terpaksa membeli air bersih dari penyedia jasa supplai air bersih menggunakan mobil tangki.

Fenomena warga kesulitan air bersih dan terpaksa membeli sebenarnya sudah merupakan kondisi yang selalu dirasakan oleh sebagian warga masyarakat Gunungkidul.



Terutama di beberapa titik yang belum terjangkau layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani.

Masyarakat di beberapa titik di Gunungkidul sudah mulai membeli air bersih dari pihak swasta. Mereka terpaksa harus mengalokasikan dana lebih untuk membeli air bersih usai persediaan di tempat mereka habis.



Di sisi lain, sumber air bersih juga menghilang. Jika masih ada pun tinggal sedikit dan tidak memungkinkan dikonsumsi.

Seperti yang dirasakan oleh warga Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Gunungkidul. Mereka mulai membeli air bersih karena persediaan sudah tidak ada lagi.


Di satu sisi mereka tidak ada fasilitas air bersih dari PDAM setempat.

Salah seorang warga Padukuhan Temuireng 1, Mini mengungkapkan dirinya sudah tidak memiliki stok air bersih lagi di bak penampungan yang mereka miliki. Hal tersebut mereka rasakan setelah hujan menghilang sebulan terakhir. Dan untuk membelinya sudah tidak murah lagi

"Kami harus bayar Rp130 ribu untuk air bersih 5.000 liter," kata dia.

Warga memang harus membeli air bersih dengan biaya yang tidak murah karena bantuan pemerintah tak kunjung tiba.

Mini menyebut tak hanya padukuhan Temuireng 1, tetapi juga Temuireng 2, dan Gebang.

Dia mengungkapkam, sulitnya mendapatkan air bersih itu mulai mereka rasakan sejak 2 pekan ini. Persediaan air di penampungan warga sudah habis sementara air telaga juga sudah mulai mengering.

Telaga di dekat perkampungannya sebenarnya masih ada sedikit airnya, namun tidak bisa dimanfaatkan warga. Ketika airnya diambil maka langsung keruh karena bercampur dengan lumpur. Sehingga satu-satunya upaya yang mereka lakukan saat ini adalah membeli air dari penyedia jasa air bersih.

"Ya harus beli. Mau dari mana dapatnya,*tutur dia.

pertanki ukuran 5000 liter dia harus menebus dengan uang Rp130 ribu. Sebuah angka yang tidak kecil di tengah situasi ekonomi yang tengah di masa sulit.

Karena untuk jeluarga kecilnya yang terdiri dari 2 anak dan suami, dia sudah menghabiskan 3 tangki air bersih kapasitas 5 ribu liter.

Mini berharap agar hujan segera turun kembali dan ada uluran dari pemerintah. Karena jika harus membeli air bersih terus, kebutuhan hidup lain tidak bisa tercukupi mengingat suaminya sebagai buruh serabutan dengan hasil yang tidak menentu.

Dikonfirmasi terpisah Lurah Girisuko, Jamin Paryanto mengungkapkan jika hujan sudah menghilang sekitar satu bulan terakhir. Hal ini memicu warga kesulitan mendapatkan air bersih terutama wilayah yang belum terjangkau pipa PDAM.

"saya sendiri sudah beli air sebanyak 8 tangki," tandasnya.

Setidaknya warga di tiga padukuhan mengalami kesulitan air bersih ketika musim kemarau. Di mana Sebagian sudah membeli air karena ketersediaan air hujan di bak penampungan sudah habis.

Kekeringan di kalurahan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, terkhusus saat hujan tidak turun. pemerintah kalurahan sendiri mengaku kewalahan untuk bisa mengentaskan permasalahan ini.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1642 seconds (0.1#10.140)