Kisah Wanita Cantik Rayu Jenderal Hoegeng demi Lancarkan Bisnis Judi
loading...
A
A
A
Jenderal Hoegeng Iman Santoso , sosok ikonik dalam sejarah kepolisian Indonesia, dikenal dengan integritas dan keteguhannya dalam menegakkan hukum. Kisah-kisahnya penuh dengan perjuangan melawan godaan harta dan jabatan, menjadikannya teladan bagi para penegak hukum di masa kini.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah ketika seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa mencoba menyuapnya untuk menghentikan kasus penyelundupan yang dihadapinya. Wanita ini berusaha merayu Hoegeng dengan berbagai cara, termasuk dengan mengirimkan hadiah mewah ke alamat rumahnya.
Namun, Hoegeng tak bergeming. Hadiah-hadiah tersebut dikembalikannya dengan tegas. Wanita itu tak menyerah, ia bahkan meminta bantuan kolega Hoegeng di kepolisian dan kejaksaan untuk melobi sang jenderal. Hoegeng semakin heran melihat banyak pejabat yang tergoda dengan rayuan wanita tersebut.
Pada tahun 1955, Hoegeng ditugaskan ke Medan untuk memberantas penyelundupan dan perjudian yang merajalela. Setibanya di Medan, Hoegeng langsung dihujani godaan. Baru saja mendarat di Pelabuhan Belawan, dia sudah disambut utusan bandar judi yang menawarkan mobil dan rumah mewah.
Hoegeng menolak mentah-mentah dan memilih tinggal di hotel sementara menunggu rumah dinasnya siap. Tak lama kemudian, dia menemukan rumah dinasnya penuh dengan barang-barang mewah seperti kulkas, piano, dan sofa. Barang-barang ini merupakan pemberian dari para bandar judi.
Hoegeng tak tinggal diam. Dia memerintahkan para ajudannya untuk mengeluarkan semua barang mewah tersebut dari rumahnya. Keteguhan Hoegeng dalam menegakkan hukum dan menolak suap membuatnya dihormati sekaligus ditakuti oleh para penjahat.
Kejujuran Hoegeng tak hanya terlihat dalam tugasnya, tetapi juga dalam kehidupan pribadinya. Sebagai seorang perwira, dia hidup sederhana. Istrinya, Merry Roeslani, membuka toko bunga yang laris. Namun, sehari sebelum Hoegeng dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi pada tahun 1960, dia meminta Merry menutup toko bunganya.
Hoegeng khawatir orang-orang akan memesan bunga di toko Merry hanya karena jabatannya sebagai pejabat. Merry yang selalu mendukung suaminya pun memahami dan rela menutup toko bunganya yang sudah maju dan besar.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah ketika seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa mencoba menyuapnya untuk menghentikan kasus penyelundupan yang dihadapinya. Wanita ini berusaha merayu Hoegeng dengan berbagai cara, termasuk dengan mengirimkan hadiah mewah ke alamat rumahnya.
Namun, Hoegeng tak bergeming. Hadiah-hadiah tersebut dikembalikannya dengan tegas. Wanita itu tak menyerah, ia bahkan meminta bantuan kolega Hoegeng di kepolisian dan kejaksaan untuk melobi sang jenderal. Hoegeng semakin heran melihat banyak pejabat yang tergoda dengan rayuan wanita tersebut.
Pada tahun 1955, Hoegeng ditugaskan ke Medan untuk memberantas penyelundupan dan perjudian yang merajalela. Setibanya di Medan, Hoegeng langsung dihujani godaan. Baru saja mendarat di Pelabuhan Belawan, dia sudah disambut utusan bandar judi yang menawarkan mobil dan rumah mewah.
Hoegeng menolak mentah-mentah dan memilih tinggal di hotel sementara menunggu rumah dinasnya siap. Tak lama kemudian, dia menemukan rumah dinasnya penuh dengan barang-barang mewah seperti kulkas, piano, dan sofa. Barang-barang ini merupakan pemberian dari para bandar judi.
Hoegeng tak tinggal diam. Dia memerintahkan para ajudannya untuk mengeluarkan semua barang mewah tersebut dari rumahnya. Keteguhan Hoegeng dalam menegakkan hukum dan menolak suap membuatnya dihormati sekaligus ditakuti oleh para penjahat.
Kejujuran Hoegeng tak hanya terlihat dalam tugasnya, tetapi juga dalam kehidupan pribadinya. Sebagai seorang perwira, dia hidup sederhana. Istrinya, Merry Roeslani, membuka toko bunga yang laris. Namun, sehari sebelum Hoegeng dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi pada tahun 1960, dia meminta Merry menutup toko bunganya.
Hoegeng khawatir orang-orang akan memesan bunga di toko Merry hanya karena jabatannya sebagai pejabat. Merry yang selalu mendukung suaminya pun memahami dan rela menutup toko bunganya yang sudah maju dan besar.
(hri)