Legenda Gunung Semeru, Daerah Suci Para Dewa dan Lokasi Raja Kediri Bertapa

Jum'at, 19 Januari 2024 - 06:22 WIB
loading...
Legenda Gunung Semeru, Daerah Suci Para Dewa dan Lokasi Raja Kediri Bertapa
Gunung Semeru. Foto/SINDOnews
A A A
Gunung Semeru yang aktivitas vulkaniknya fluktuatif saat ini, ternyata memiliki rekam sejarah panjang sejak Kerajaan Kediri. Pasalnya sejak era Kediri atau Panjalu Gunung Semeru, dan wilayah Lumajang sudah menjadi daerah suci.

Konon membuat satu rajanya Kameswara memutuskan melakukan perjalanan spiritual bertapa ke Gunung Semeru yang ada di Lumajang.

Nama Lumajang yang dulu bernama Lamajang, juga banyak disebut dalam kitab-kitab kuno seperti Kakawin Negarakertagama dan Pararaton.



Pada kitab itu disebutkan Lamajang memiliki arti penting di masa Kerajaan Majapahit awal dan kedudukan dari Arya Wiraraja.

Di sanalah Arya Wiraraja mendapat bagian tanah Jawa bagian timur, dengan nama Lamajang Tigang Juru sampai pada masa Majapahit di zaman Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.

Peranan penting Lamajang semasa Arya Wiraraja membuatnya lambat laun berkembang, hingga berganti nama menjadi Lumajang pada abad 17.

Dikutip Dikuti "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru : Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur" karangan Mansur Hidayat, nama Lumajang atau Lamajang sendiri memiliki dua arti mendasar, bersifat spiritual dan material.

Secara spiritual nama Lamajang berarti Luma (rumah) dan Hyang (Dewa) berarti rumahnya para dewa atau rumah yang suci.



Di samping itu ada pendapat yang menyatakan Lamajang berasal dari Lemajang atau Lemah (bumi) dan Wejang (ajaran) yang berarti daerah tempat belajar.

Di masa Kerajaan Kediri, Lamajang menjadi daerah penting, Raja Kameswara bagian pernah melakukan perjalanan spiritual ke Gunung Semeru, pada tahun 1182 Masehi.

Di sinilah sejumlah tempat-tempat dibangun oleh Kerajaan Kediri demi memfasilitasi pelaksanaan ritual-ritual keagamaan ke Gunung Semeru, yang dianggap suci.



Hubungan antara Kerajaan Kediri dengan Lamajang terlihat pada Prasasti Tesirejo dan Arca Lembu Nandini yang ditemukan di Desa Kertosari. Pada Prasasti Tesirejo berbunyi Kaya Bhumi Sasi Iku yang artinya seperti bumi bulan itu.

Namun kalimat sebenarnya adalah candra sengkala yang bernilai 1113 Saka atau 1191 Masehi.

Adanya prasasti ini dapat diartikan bahwa para petinggi Kerajaan Kediri dalam rangka kunjungan ritual keagaamannya ke Gunung Semeru telah mendirikan suatu tempat yang bisa digunakan sebagai peristirahatan untuk mendaki, Gunung Semeru.

Selanjutnya Kerajaan Singasari, Lamajang masih menjadi daerah penting.



Keberadaan Candi Gedong Putri yang diperkirakan sebagai reruntuhan bangunan kuno yang merupakan kompleks permukiman yang lebih luas dan ditempati oleh bangsawan dengan kota pendukungnya.

Hal ini dibuktikan pula dengan sebuah arca yoni yang sangat indah dan halus sekali buatannya dengan luasnya kompleks yang ada di situs ini.

Oleh karena itu, daerah Candipuro yang subur ini sangat cocok untuk suatu pusat perkotaan bagi Kerajaan Singasari, sehingga dapat mengeksplorasi maupun mengontrol kekayaan alam di Lamajang.

Prasasti Mula Malurung juga merupakan bukti otentik yang perlu ditafsirkan untuk melukiskan pengaruh Singasari di Lamajang. Prasasti yang dikeluarkan oleh anak Raja Anusapati yaitu Raja Wisnuwardhana ini dikeluarkan pada tahun 1225 Masehi.

Salah satu isinya merupakan pengangkatan anak sang Maharaja Sminingrat (Wisnuwardhana), yaitu Nararya Kirana menjadi juru atau raja bawahan di Lamajang.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2199 seconds (0.1#10.140)