Asal-usul Wangsa Sailendra, Trah Raja-raja Besar di Pulau Jawa
loading...
A
A
A
Jadi, menurut de Casparis, di Jawa mula-mula berkuasa wangsa raja-raja yang beragama Siwa, tetapi setelah kedatangan raja dari Na-fu-na itu yang berhasil menaklukkannya, di Jawa Tengah terdapat dua wangsa raja-raja, yaitu raja-raja dari wangsa Sañjaya yang beragama Siwa, dan para pendatang baru itu, yang kemudian menamakan dirinya wangsa Sailendra, yang beragama Buddha.
Pendapat de Casparis itu diilhami Prasasti Kalasan yang ditemukan pada 778, dimana disebutkan pada prasasti tersebut ada dua pihak yaitu pihak raja wangsa Sailendra, yang hanya disebut sebagai Permata wangsa Sailendra tanpa nama, dan Rakai Panangkaran, raja bawahannya dari wangsa Sañjaya.
Di sisi lain ada pendapat filolog Indonesia Poerbatjaraka yang menyatakan, bahwa wangsa Sailendra berasal sepenuhnya dari Indonesia sendiri. Artinya wangsa ini tidak ada kaitannya dengan luar negeri maupun hubungan Nusantara dengan luar negeri kala itu.
Menurut Poerbatjaraka, Wangsa Sailendra semula menganut agama Siwa. Tetapi sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama Buddha Mahayana. Sebagai salah satu alasan Poerbatjaraka menunjuk kepada kitab Carita Parahyangan, yang antara lain memuat keterangan bahwa Rahyang Sañjaya telah menganjurkan anaknya Rahyangta Panaraban, untuk meninggalkan agama yang dianutnya, karena ia ditakuti oleh semua orang. Nama Rahyangta Panaraban diidentifikasikan dengan Rakai Panangkaran.
Pendapat de Casparis itu diilhami Prasasti Kalasan yang ditemukan pada 778, dimana disebutkan pada prasasti tersebut ada dua pihak yaitu pihak raja wangsa Sailendra, yang hanya disebut sebagai Permata wangsa Sailendra tanpa nama, dan Rakai Panangkaran, raja bawahannya dari wangsa Sañjaya.
Di sisi lain ada pendapat filolog Indonesia Poerbatjaraka yang menyatakan, bahwa wangsa Sailendra berasal sepenuhnya dari Indonesia sendiri. Artinya wangsa ini tidak ada kaitannya dengan luar negeri maupun hubungan Nusantara dengan luar negeri kala itu.
Menurut Poerbatjaraka, Wangsa Sailendra semula menganut agama Siwa. Tetapi sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama Buddha Mahayana. Sebagai salah satu alasan Poerbatjaraka menunjuk kepada kitab Carita Parahyangan, yang antara lain memuat keterangan bahwa Rahyang Sañjaya telah menganjurkan anaknya Rahyangta Panaraban, untuk meninggalkan agama yang dianutnya, karena ia ditakuti oleh semua orang. Nama Rahyangta Panaraban diidentifikasikan dengan Rakai Panangkaran.
(hri)