Lawan Oligarki, 20 BEM di Jateng dan DIY Gelar Demonstrasi di Monumen Serangan Umum 1 Maret
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Mahasiswa dari 20 BEM di Jateng dan DIY, menggelar aksi demonstrasi di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (29/11/2023). Dalam aksi demonstrasi melawan oligarki kekuasaan tersebut, para mahasiswa membawa jagung yang dikupas separuh.
Massa mahasiswa yang mengenakan pakaian berwarna hitam, dengan tulisan Republik Rasa Kerajaan. Mereka berasal dari BEM UGM, UMY, UII, UPN, Utidar, Universitas Muhammadiyah Magelang, dan berbagai universitas lainnya.
Mereka memulai aksi sekitar pukul 16.45 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Para mahasiswa berkumpul untuk menyuarakan kebingungan demokrasi yang terjadi saat ini.
Ketua BEM KM UGM, Geilbran Muhammad Noor mengatakan, mereka terpaksa turun ke jalan menyuarakan keresahan mereka, keresahan rakyat Indonesia. Sebab demokrasi Indonesia tidak sedang baik-baik saja karena dirusak oleh sekelompok orang yang ingin mempertahankan kekuasaan dengan oligarki.
"Demokrasi yang baru seumur jagung ini telah dirusak oleh sejumlah orang yang haus kekuasaan," kata Geilbran. Mahkamah Konstutusi (MK), dinilai para mahasiswa telah membuat keputusan yang kontroversial dan juga ada intervensi dari pihak luar.
Awalnya, kontroversi dan intervensi dari luar MK itu hanya asumsi. Namun, pada tanggal 7 November 20 Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menyatakan, asumsi, kontroversi, dan intervensi itu terbukti benar. "Ini harus kita lawan. Tidak boleh diam,"tegasnya.
Ketua LEM UII, Muhammad Rayhan menambahkan, saat ini demokrasi di Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Partisipasi rakyat itu sendiri terhadap demokrasi telah dikebiri, telah dipotong dan dibakar oleh penguasa itu sendiri. "Hari ini pihak-pihak yang kita berikan mandat, telah menghianati sedemikian rupa," ujarnya
Gerakan ini, menurut para mahasiswa adalah awal mula dari sebuah langkah besar nantinya. Hari ini sudah ada 20-an universitas yang bergabung menyuarakan keresahan bangsa. Dan mereka bakal terus menularkan semangat tersebut ke seluruh penjuru negeri.
Massa mahasiswa yang mengenakan pakaian berwarna hitam, dengan tulisan Republik Rasa Kerajaan. Mereka berasal dari BEM UGM, UMY, UII, UPN, Utidar, Universitas Muhammadiyah Magelang, dan berbagai universitas lainnya.
Mereka memulai aksi sekitar pukul 16.45 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Para mahasiswa berkumpul untuk menyuarakan kebingungan demokrasi yang terjadi saat ini.
Ketua BEM KM UGM, Geilbran Muhammad Noor mengatakan, mereka terpaksa turun ke jalan menyuarakan keresahan mereka, keresahan rakyat Indonesia. Sebab demokrasi Indonesia tidak sedang baik-baik saja karena dirusak oleh sekelompok orang yang ingin mempertahankan kekuasaan dengan oligarki.
"Demokrasi yang baru seumur jagung ini telah dirusak oleh sejumlah orang yang haus kekuasaan," kata Geilbran. Mahkamah Konstutusi (MK), dinilai para mahasiswa telah membuat keputusan yang kontroversial dan juga ada intervensi dari pihak luar.
Awalnya, kontroversi dan intervensi dari luar MK itu hanya asumsi. Namun, pada tanggal 7 November 20 Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menyatakan, asumsi, kontroversi, dan intervensi itu terbukti benar. "Ini harus kita lawan. Tidak boleh diam,"tegasnya.
Ketua LEM UII, Muhammad Rayhan menambahkan, saat ini demokrasi di Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Partisipasi rakyat itu sendiri terhadap demokrasi telah dikebiri, telah dipotong dan dibakar oleh penguasa itu sendiri. "Hari ini pihak-pihak yang kita berikan mandat, telah menghianati sedemikian rupa," ujarnya
Gerakan ini, menurut para mahasiswa adalah awal mula dari sebuah langkah besar nantinya. Hari ini sudah ada 20-an universitas yang bergabung menyuarakan keresahan bangsa. Dan mereka bakal terus menularkan semangat tersebut ke seluruh penjuru negeri.
(eyt)