Kisah Ki Ageng Gentiri, Sosok Robin Hood Kediri yang Bikin Belanda Ketar-Ketir

Minggu, 26 November 2023 - 06:50 WIB
loading...
A A A
Kompeni terus memutar otak menelusuri kelemahan Mbah Boncolono. Desas-desus yang mereka dengar, Mbah Boncolono menguasai ilmu Pancasona atau Rawa Rontek. Sebuah ilmu kuno yang pemiliknya sulit menemui ajal.

Setiap mati akan hidup kembali selama anggota tubuhnya menyentuh tanah. Meski tubuhnya dicincang, pemilik ilmu rawa rontek akan bangkit kembali selama bagian badan yang terpotong bersentuhan satu sama lain.

Belanda memutuskan menggunakan kekuatan uangnya. Sayembara digelar. Kepada siapa saja yang berhasil membekuk Mbah Boncolono hidup atau mati, kumpeni akan memberi imbalan besar.

Sayembara menarik perhatian sejumlah pendekar pribumi. Mereka mengetahui rahasia kelemahan ilmu Mbah Boncolono dan siap menukar dengan imbalan uang besar. Kompeni bergerak melakukan penggerebekan. Mbah Boncolono yang dalam keadaan terkepung, akhirnya berhasil diringkus.

Atas bocoran rahasia dari pribumi peserta sayembara, kompeni Belanda memotong tubuh Mbah Boncolono menjadi dua bagian. Kesaktian rawa rontek tidak akan berfungsi selama tubuh yang terpotong tersebut, dipisahkan oleh sungai.

Dalam catatannya, George Quinn, penulis “Wali Berandal Tanah Jawa” mendatangi bukit Maskumambang. Sebuah kawasan perbukitan bukit yang cukup tinggi, yang berada di wilayah Kecamatan Mojoroto, ujung barat Kota Kediri. Kawasan ini berlokasi di sebelah barat Sungai Brantas.

Di puncak bukit yang berketinggian sekitar 350 meter itu, kompeni Belanda konon memakamkan jasad Mbah Boncolono tanpa kepala. “Makam Mbah Boncolono terbujur dari utara ke selatan, bersebelahan dengan makam Tumenggung Poncolono yang diduga adik Mbah Boncolono dan Tumenggung Mojoroto, penghuni awal (cikal bakal) kawasan Kediri,” tulis George Quinn.

Pada tahun 2004 situs makam Mbah Boncolono di Maskumambang sempat dipugar. Renovasi bangunan diikuti dengan pembetonan sebanyak 555 anak tangga menuju puncak bukit Maskumambang. Dalam buku “Wali Berandal Tanah Jawa”, pemugaran dilakukan setelah keturunan keluarga besar Mbah Boncolono menyerahkan situs Boncolono kepada Pemkot Kediri.

Penyerahan ditandai dengan prasasti di gapura makam Mbah Boncolono yang ditandatangani oleh kepala keluarga besar keturunan Mbah Boncolono, Japto Soerjosoemarno. Japto merupakan pimpinan tertinggi ormas Pemuda Pancasila (PP).

“Pak Japto adalah keturunan Mbah Boncolono angkatan ketujuh”. Lalu di mana kompeni Belanda menguburkan kepala Ki Boncolono? Di sebuah tempat yang kemudian dikenal bernama punden (makam) Ringin Sirah, Kota Kediri, Kompeni Belanda konon menguburkan kepala Mbah Boncolono. Nama Ringin Sirah merujuk pada pohon beringin tua yang tumbuh di sana.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1155 seconds (0.1#10.140)