Pembangunan Berkelanjutan, Tapanuli Selatan Tingkatkan Pengelolaan Sawit
loading...
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara digalakkan dengan sejumlah program dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA). Di antaranya dengan meningkatkan produksi kelapa sawit.
Bupati Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu mengatakan, program peningkatan sawit dilaksanakan bekerja sama dengan Forum Komunikasi Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI) dan komunitas Hataboshi.
Komunitas Hataboshi yang sudah dikenal sejak 120 tahun lalu merupakan kelompok masyarakat terdiri dari adat Desa Haunatas, Desa Tanjung Dolok, Desa Tanjung Rompa dan Desa Siranap.
Kelompok ini mejadi mitra dalam meningkatan produksi dalam mengelola lahan sawit.
"Kami membawa Hataboshi dan FOKSBI adalah sebuah kearifan lokal yang berjalan 120 tahun dari nenek moyang kita. Bagiamana mengalirkan air untuk memanfaatkan lahan persawahan," kata Dolly saat mengikuti penjurian I-SIM For Regencies yang digelar oleh Surveyor Indonesia bekerja sama dengan Bappenas, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Kamis (2/11/2023).
"Kita melihat di hilir masyarakat Tapanuli Selatan ada 280 ribu hektare yang kurang produktif karena hanya ditanami sawit 38 persen, maka kita ini menambahkannya tapi tidak mengganggu ekosistem. Jadi bisa produktif ke depan," sambungnya.
Sayangnya, kendala yang perlu diatasi dalam program pembangunan berkelanjutan di Tapanuli Selatan adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam meningkatkan produksi sawit tanpa harus merusak ekosistem alam.
Diketahui sebanyak 10 Kabupaten dari 103 Kabupaten lolos mengikuti penjurian I-SIM For Regencies ini. Pemda yang lolos tersebut yakni Bandung, Bogor, Bantul, Gowa, Karo, Magelang, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Temanggung, dan Sinjai.
Lihat Juga: Target 60 Ribu Hektare Peremajaan, Begini Cara PalmCo Gandeng Semua Petani Sawit Indonesia
Bupati Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu mengatakan, program peningkatan sawit dilaksanakan bekerja sama dengan Forum Komunikasi Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI) dan komunitas Hataboshi.
Komunitas Hataboshi yang sudah dikenal sejak 120 tahun lalu merupakan kelompok masyarakat terdiri dari adat Desa Haunatas, Desa Tanjung Dolok, Desa Tanjung Rompa dan Desa Siranap.
Kelompok ini mejadi mitra dalam meningkatan produksi dalam mengelola lahan sawit.
"Kami membawa Hataboshi dan FOKSBI adalah sebuah kearifan lokal yang berjalan 120 tahun dari nenek moyang kita. Bagiamana mengalirkan air untuk memanfaatkan lahan persawahan," kata Dolly saat mengikuti penjurian I-SIM For Regencies yang digelar oleh Surveyor Indonesia bekerja sama dengan Bappenas, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Kamis (2/11/2023).
"Kita melihat di hilir masyarakat Tapanuli Selatan ada 280 ribu hektare yang kurang produktif karena hanya ditanami sawit 38 persen, maka kita ini menambahkannya tapi tidak mengganggu ekosistem. Jadi bisa produktif ke depan," sambungnya.
Sayangnya, kendala yang perlu diatasi dalam program pembangunan berkelanjutan di Tapanuli Selatan adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam meningkatkan produksi sawit tanpa harus merusak ekosistem alam.
Diketahui sebanyak 10 Kabupaten dari 103 Kabupaten lolos mengikuti penjurian I-SIM For Regencies ini. Pemda yang lolos tersebut yakni Bandung, Bogor, Bantul, Gowa, Karo, Magelang, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Temanggung, dan Sinjai.
Lihat Juga: Target 60 Ribu Hektare Peremajaan, Begini Cara PalmCo Gandeng Semua Petani Sawit Indonesia
(shf)