Kisah Perdebatan Dua Pemuka Agama usai Ken Arok Membunuh Penguasa Tumapel

Selasa, 03 Oktober 2023 - 07:12 WIB
loading...
Kisah Perdebatan Dua Pemuka Agama usai Ken Arok Membunuh Penguasa Tumapel
Ken Arok melakukan pemberontakan dengan mengkudeta Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Ken Arok melakukan pemberontakan dengan mengkudeta Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel. Sosok Tunggul Ametung tewas di kamarnya saat tengah mabuk minuman keras (miras) akibat tikaman keris buatan Mpu Gandring.

Ken Arok berhasil meminjam nama Kebo Ijo yang membuatnya dijatuhi hukuman. Tak hanya Kebo Ijo saja, pendeta Balakangka yang turut menjadi aktor dibalik pembunuhan Tunggul Ametung turut dijatuhi hukuman. Keduanya menjadi korban strategi cerdik dari Ken Arok.

Pada peradilan hukuman ke Kebo Ijo dan Balakangka itu juga Lohgawe, pendeta lain yang juga guru Ken Arok turut hadir. Ken Dedes yang sudah menjadi istri Ken Arok pasca penggulingan Tunggul Ametung, juga turut menyambut Lohgawe yang juga rekan sesama pendeta ayahnya Mpu Purwa.

Baru saja sampai di pendopo, tempat Ken Arok dan Ken Dedes memutuskan untuk menjatuhkan hukuman pada Kebo Ijo, Balakangka dan para tamtama, pendeta Balakangka langsung menunjukkan jari runcingnya kepada Lohgawe.



Sebagaimana dikutip dari buku "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", Balakangka mengatakan ke Lohgawe bahwa gurunya Ken Arok itulah yang sesungguhnya menjadi biang kerok runtuhnya Tumapel dan terbunuhnya Tunggul Ametung. Namun tuduhan dan hujatan Balakangka ini tidak dihiraukan oleh Lohgawe.

Di tengah-tengah massa itu, Lohgawe justru memberikan pernyataan bahwa peristiwa yang terjadi di Tumapel ini tidak ada hubungannya dengan Kediri. Rakyat Tumapel-lah yang berjasa melahirkan perubahan di negerinya sendiri. Bahkan rakyat Tumapel, kata Lohgawe, tidak pernah berhutan apapun terhadap Kediri. Pernyataan Lohgawe ini jelas sangat subversif terhadap Kediri.

Pernyataan Lohgawe itu mengandung konsekuensi bahwa urusan Tumapel akan diselesaikan oleh masyarakat sendiri, tidak ada urusannya dengan Kediri. Namun, pernyataan Lohgawe itu langsung dibalas oleh Balakangka yang menyatakan, bahwa Tumapel merupakan bagian dari Kediri, karenanya harus tunduk dan hormat pada Kediri.

Menjawab pernyataan Balakangka itu, Lohgawe menjawab bahwa Tumapel memang bagian dari Kediri, tetapi Tumapel menolak untuk mengakui penjahat yang diangkat sebagai wakilnya. Begitu pula dalam hal agama.

Tumapel, kata Lohgawe, mempunyai agama sendiri yang tidak harus sama dengan Kediri. Pidato Lohgawe berlanjut. Ia menegaskan bahwa rakyat Tumapel berhak hadir ke Pakuwuan ini untuk melihat tewasnya Tunggul Ametung, orang yang dulunya menindas dan memperbudak mereka.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1000 seconds (0.1#10.140)