Gubernur Jabar: Pandemi COVID-19 Ujian Kepemimpinan dan Demokrasi

Selasa, 28 Juli 2020 - 22:28 WIB
loading...
Gubernur Jabar: Pandemi...
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat menjadi pembicara di webinar Bangkit dari Pandemi yang digelar SINDOnews.com. Foto/SINDONews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hadir sebagai salah satu pembicara dalam webinar bertema "Bangkit dari Pandemi" sebagai rangkaian puncak Peringatan Hari Jadi ke-8 SINDOnews.com, Selasa (28/7/2020).

Dalam kesempatan itu, Ridwan Kamil mengatakan, pandemi COVID-19 yang telah meluluhlantakkan seluruh tatanan kehidupan merupakan ujian bagi kepemimpinan di Tanah Air. (BACA JUGA: Sanksi Denda Tak Pakai Masker Dimulai, 1 Pekan Ini Sosialisasi Dulu )

"COVID-19 ini adalah ujian bagi kepemimpinan dari level Presiden sampai kepala rumah tangga. Semua diuji oleh COVID," kata Kang Emil, sapaan akrabnya. (BACA JUGA: Simak Alasan Utama Penerapan Sanksi Denda bagi Pelanggar Protokol COVID-19 )

Selain kepemimpinan, ujar Kang Emil, pandemi COVID-19 juga menjadi ujian bagi pelaksanaan sistem demokrasi di Indonesia. "Ada yang cepat dan represif seperti di Tiongkok, ada juga yang berdinamika seperti di Brazil di mana presidennya ikut demo ke gubernur. Pokoknya COVID ini mengetes semua sistem politik kita," ujar dia.

Dalam webinar yang dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Sindo Media Djaka Susila itu, Kang Emil juga memaparkan strategi Jabar dalam menghadapi pandemi COVID-19. (BACA JUGA: Indonesia Datangkan Vaksin COVID-19 dari China, Inggris, dan Korsel )

Dia mengakui, pada dua bulan pertama sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, semua pihak, termasuk dirinya menduga bahwa pandemi itu hanya urusan kesehatan, seperti wabah demam berdarah dengue (DBD).

"Maka kita juga fokus ke situ. Tapi ternyata solusinya harus menghentikan interaksi sosial karena COVID ini bisa menyebar lewat jarak dekat dan droplet. Kami mulai paham bahwa lahir lagi krisis kedua, yakni ekonomi," tutur dia.

Kang Emil mengaku, pada dua bulan pertama sempat muncul perdebatan terkait bantuan sosial (bansos) yang jumlahnya tiba-tiba melonjak. Pasalnya, akibat pandemi COVID-19, jumlah warga Jabar yang harus disubsidi melonjak menjadi 73 persen dari sebelumnya hanya 25 persen.

"Karenanya, di bulan ketiga dan keempat, kami menyadari bahwa masalahnya ternyata sama dahsyat, antara darurat kesehatan dan ekonomi," ungkap Kang Emil.

Kang Emil menekankan, setiap pemimpin saat ini wajib memiliki gagasan untuk bangkit dari pandemi COVID-19 sambil tetap mewaspadai penyebarannya.

"Karena kurvanya belum menurun, tapi ekonomi sudah parah. Ibaratnya, para gubenur ini main akrobat, berhati-hati sambil terus berjalan," kata Gubernur.

Kang Emil mengambil contoh Singapura yang kini sudah masuk jurang resesi dimana pertumbuhan ekonominya sudah minus 4 persen. Berkaca pada kondisi tersebut, pihaknya tidak menginginkan Jabar bernasib serupa Singapura.

Namun, imbuh Kang Emil, karena dalam perang melawan Covid-19 musuh yang nyata bukanlah manusia, maka pihaknya tidak bisa menggunakan emosi ataupun kekuatan politik. "Karena musuhnya ini ilmiah, makanya dilawannya harus dengan ilmiah," ujar Kang Emil.

Kang Emil yang mengaku banyak didukung dokter epidemiologi dan ahli ekonomi berkesimpulan, jika warga Jabar menginginkan kehidupan berjalan normal di tengah pandemi COVID-19, maka tidak ada cara lain, selain menggunakan masker.

Hal itu sejalan dengan kajian konsultan ekonomi dunia yang menyatakan bahwa kebijakan lockdown dan menggunakan masker sama-sama dapat menekan persebaran Covid-19. Bedanya lockdown menimbulkan dampak kehancuran di sektor ekonomi.

"Sehingga, saya berkesimpulan, kalau kehidupan kita ingin normal lagi, ekonomi, pendidikan, mari pakai masker karena setara dengan lockdown," tutur dia.

Meski begitu, ungkap Kang Emil, karena hasil survei menyebutkan bahwa baru 50 persen warga Jabar yang menggunakan masker, maka Pemprov Jabar memberlakukan sanksi bagi warga yang tak memakai masker di ruang publik sambil terus melaksanakan tes COVID-19 secara masif.

"Kami mulai memberlakukan denda bukan buat nyari uang, tapi semata-mata agar ekonomi bisa bergerak, pendidikan dimulai, tapi kewaspadaan bisa dikendalikan. Jadi, gabungan antara memakai masker dan agresif testing," ungkap Kang Emil.

"Kami juga memiliki 600 ambulans yang disulap menjadi mobil-mobil rapid test, swab test yang wara wiri, sehingga bisa mengendalikan," tandas dia.

Melalui teori yang sudah dilaksanakan di Jabar itu, Kang Emil mengaku bersyukur karena persebaran COVID-19 di Jabar kini relatif terkendali dengan angka kasus harian rata-rata di bawah 100 kasus per hari.

Bahkan, Kang Emil mengaku optimistis jika teori mengunakan masker berhasil, ekonomi Jabar bakal tetap tumbuh di angka 2,3 persen. "Kalau berhasil, ekonomi Jabar bisa positif 2,3 persen di Desember. Kalau gagal, bisa minus 2 persen," tegas Kang Emil.

Kang Emil mengemukakan, Jabar akan melakukan uji klinis terhadap tiga vaksin COVID-19 dari China, Korea Selatan, dan Inggris. Sebagai langkah awal, vaksin asal China akan lebih dulu diuji coba dengan melibatkan 1.620 relawan.

Jika uji coba vaksin berhasil, Jabar akan melakukan produksi massal dan menyumbangkan vaksin ke seluruh Indonesia. "Jadi, kesimpulannya, kita harus berdampingan dengan COVID-19, tapi kita harus AKB (adaptasi kebiasaan baru) walaupun tidak nyaman karena vaksin dan obatnya masih OTW (on the way)," pungkas Kang Emil.
(awd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4554 seconds (0.1#10.140)