Gubernur Jabar: Pandemi COVID-19 Ujian Kepemimpinan dan Demokrasi
loading...
A
A
A
"Karena kurvanya belum menurun, tapi ekonomi sudah parah. Ibaratnya, para gubenur ini main akrobat, berhati-hati sambil terus berjalan," kata Gubernur.
Kang Emil mengambil contoh Singapura yang kini sudah masuk jurang resesi dimana pertumbuhan ekonominya sudah minus 4 persen. Berkaca pada kondisi tersebut, pihaknya tidak menginginkan Jabar bernasib serupa Singapura.
Namun, imbuh Kang Emil, karena dalam perang melawan Covid-19 musuh yang nyata bukanlah manusia, maka pihaknya tidak bisa menggunakan emosi ataupun kekuatan politik. "Karena musuhnya ini ilmiah, makanya dilawannya harus dengan ilmiah," ujar Kang Emil.
Kang Emil yang mengaku banyak didukung dokter epidemiologi dan ahli ekonomi berkesimpulan, jika warga Jabar menginginkan kehidupan berjalan normal di tengah pandemi COVID-19, maka tidak ada cara lain, selain menggunakan masker.
Hal itu sejalan dengan kajian konsultan ekonomi dunia yang menyatakan bahwa kebijakan lockdown dan menggunakan masker sama-sama dapat menekan persebaran Covid-19. Bedanya lockdown menimbulkan dampak kehancuran di sektor ekonomi.
"Sehingga, saya berkesimpulan, kalau kehidupan kita ingin normal lagi, ekonomi, pendidikan, mari pakai masker karena setara dengan lockdown," tutur dia.
Meski begitu, ungkap Kang Emil, karena hasil survei menyebutkan bahwa baru 50 persen warga Jabar yang menggunakan masker, maka Pemprov Jabar memberlakukan sanksi bagi warga yang tak memakai masker di ruang publik sambil terus melaksanakan tes COVID-19 secara masif.
"Kami mulai memberlakukan denda bukan buat nyari uang, tapi semata-mata agar ekonomi bisa bergerak, pendidikan dimulai, tapi kewaspadaan bisa dikendalikan. Jadi, gabungan antara memakai masker dan agresif testing," ungkap Kang Emil.
"Kami juga memiliki 600 ambulans yang disulap menjadi mobil-mobil rapid test, swab test yang wara wiri, sehingga bisa mengendalikan," tandas dia.
Melalui teori yang sudah dilaksanakan di Jabar itu, Kang Emil mengaku bersyukur karena persebaran COVID-19 di Jabar kini relatif terkendali dengan angka kasus harian rata-rata di bawah 100 kasus per hari.
Kang Emil mengambil contoh Singapura yang kini sudah masuk jurang resesi dimana pertumbuhan ekonominya sudah minus 4 persen. Berkaca pada kondisi tersebut, pihaknya tidak menginginkan Jabar bernasib serupa Singapura.
Namun, imbuh Kang Emil, karena dalam perang melawan Covid-19 musuh yang nyata bukanlah manusia, maka pihaknya tidak bisa menggunakan emosi ataupun kekuatan politik. "Karena musuhnya ini ilmiah, makanya dilawannya harus dengan ilmiah," ujar Kang Emil.
Kang Emil yang mengaku banyak didukung dokter epidemiologi dan ahli ekonomi berkesimpulan, jika warga Jabar menginginkan kehidupan berjalan normal di tengah pandemi COVID-19, maka tidak ada cara lain, selain menggunakan masker.
Hal itu sejalan dengan kajian konsultan ekonomi dunia yang menyatakan bahwa kebijakan lockdown dan menggunakan masker sama-sama dapat menekan persebaran Covid-19. Bedanya lockdown menimbulkan dampak kehancuran di sektor ekonomi.
"Sehingga, saya berkesimpulan, kalau kehidupan kita ingin normal lagi, ekonomi, pendidikan, mari pakai masker karena setara dengan lockdown," tutur dia.
Meski begitu, ungkap Kang Emil, karena hasil survei menyebutkan bahwa baru 50 persen warga Jabar yang menggunakan masker, maka Pemprov Jabar memberlakukan sanksi bagi warga yang tak memakai masker di ruang publik sambil terus melaksanakan tes COVID-19 secara masif.
"Kami mulai memberlakukan denda bukan buat nyari uang, tapi semata-mata agar ekonomi bisa bergerak, pendidikan dimulai, tapi kewaspadaan bisa dikendalikan. Jadi, gabungan antara memakai masker dan agresif testing," ungkap Kang Emil.
"Kami juga memiliki 600 ambulans yang disulap menjadi mobil-mobil rapid test, swab test yang wara wiri, sehingga bisa mengendalikan," tandas dia.
Melalui teori yang sudah dilaksanakan di Jabar itu, Kang Emil mengaku bersyukur karena persebaran COVID-19 di Jabar kini relatif terkendali dengan angka kasus harian rata-rata di bawah 100 kasus per hari.