Kisah 200 Kapal Perang Mongol Dikirim ke Singasari Usai Utusan Dipotong Telinganya oleh Raja Kertanegara
loading...
A
A
A
Pasukan besar ini kemudian dikumpulkan di pelabuhan Chuan-chau sebagai pusat pemberangkatan. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Shih Pi dan Ike Mese sendiri bergerak lewat daratan menuju Chuan-chou. Sedangkan Kau Hsing membawa perbekalan melalui laut menuju pelabuhan tersebut.
Setelah semua pasukan berkumpul akhirnya pasukan Mongol bergerak menuju tanah Jawa dengan kekuatan 1.000 kapal besar, dengan penumpang di tiap-tiap kapal diperkirakan berisi 200 orang. Armada besar ini kemudian berangkat dari pelabuhan Chuan-chou menuju ke selatan dengan tujuan ke Jawa.
Pada pelayaran armada besar ini ditolak untuk singgah di Champa untuk sekadar mengisi persediaan makanan dan air. Hal itu karena Raja Champa telah bersekutu dengan Singasari, dengan adanya perkawinan Raja Champa Jayasinghawarman III dengan putri Tapasi dari Singasari.
Penolakan ini memaksa armada besar ini meneruskan pelayaran dan berlabuh di Pulau Belitung untuk mengisi perbekalan dan menyusun strategi dan rencana penyerangannya.
Di Belitung para pasukan menebang pohon dan membuat perahu berukuran lebih kecil untuk masuk ke sungai-sungai di Pulau Jawa yang sempit sambil memperbaiki kapal-kapal yang telah berlayar mengarungi lautan yang cukup jauh.
Armada besar ini kemudian menyusun strategi peperangan dan mendarat di pelabuhan Tuban pada 1 Maret 1293 Masehi.
Dari Tuban, Shih Pi mendengar bahwa seorang penguasa lokal bernama Tuhan Pijaya (Nararya Sangramawijaya) atau Raden Wijaya akan bergabung untuk menyerang Raja Jawa yang ada di Kediri bernama Jayakatwang menggantikan raja terdahulu yang meninggal dunia bernama Kertanagara.
Lihat Juga: Kisah Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit Menulis Negarakertagama Mengenai Kerajaan Singasari
Setelah semua pasukan berkumpul akhirnya pasukan Mongol bergerak menuju tanah Jawa dengan kekuatan 1.000 kapal besar, dengan penumpang di tiap-tiap kapal diperkirakan berisi 200 orang. Armada besar ini kemudian berangkat dari pelabuhan Chuan-chou menuju ke selatan dengan tujuan ke Jawa.
Pada pelayaran armada besar ini ditolak untuk singgah di Champa untuk sekadar mengisi persediaan makanan dan air. Hal itu karena Raja Champa telah bersekutu dengan Singasari, dengan adanya perkawinan Raja Champa Jayasinghawarman III dengan putri Tapasi dari Singasari.
Penolakan ini memaksa armada besar ini meneruskan pelayaran dan berlabuh di Pulau Belitung untuk mengisi perbekalan dan menyusun strategi dan rencana penyerangannya.
Di Belitung para pasukan menebang pohon dan membuat perahu berukuran lebih kecil untuk masuk ke sungai-sungai di Pulau Jawa yang sempit sambil memperbaiki kapal-kapal yang telah berlayar mengarungi lautan yang cukup jauh.
Armada besar ini kemudian menyusun strategi peperangan dan mendarat di pelabuhan Tuban pada 1 Maret 1293 Masehi.
Dari Tuban, Shih Pi mendengar bahwa seorang penguasa lokal bernama Tuhan Pijaya (Nararya Sangramawijaya) atau Raden Wijaya akan bergabung untuk menyerang Raja Jawa yang ada di Kediri bernama Jayakatwang menggantikan raja terdahulu yang meninggal dunia bernama Kertanagara.
Lihat Juga: Kisah Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit Menulis Negarakertagama Mengenai Kerajaan Singasari
(shf)