Kisah KH Zaenal Mustafa, Pilih Syahid daripada Beri Hormat kepada Kaisar Jepang

Senin, 19 Juni 2023 - 09:29 WIB
loading...
A A A
Tempat pemakaman KH Zainal Mustofa sempat tidak diketahui, hingga salah satu murid pesantrennya yang bernama Syarif Hidayat yang jadi anggota TNI berpangkat Kolonel pada tahun 1970 meminta Kepala Pusat Sejarah ABRI, Kolonel Nugraha Natosusanto mencari keberadaan makam jenazah gurunya yaitu KH Zainal Mustofa.

Kolonel Syarif Hidayat asal Mangunreja, Tasikmalaya, yang pernah juga menjadi Staf Panglima Komando dan Ketertiban (Pangkomkamtib) Laksamana TNI Sudomo tahun 1978, menelusuri keberadaan makam gurunya tersebut sampai meminta data ke Pemerintah Jepang.

Melalui penelusuran tersebut, akhirnya makam KH Zainal Mustofa bersama 17 santrinya itu berhasil ditemukan di daerah Ancol, Jakarta. Makam tersebut ternyata disatukan dengan pemakaman orang Belanda yang dulu bernama Taman Pahlawan Belanda Ancol Jakarta.



Dalam penelusuran itupun diketahui, KH. Zainal Mustofa gugur ditembak pada 25 Oktober 1944. Kemudian oleh Jepang dikebumikan di Taman Pahlawan Belanda Ancol. Perjuangan Kolonel Syarif memang tidak sia-sia. Pada 25 Agustus 1973, Jenazah KH Zainal Mustofa dibawa ke Tasikmalaya, bersama 17 jenazah santrinya yang sama-sama mendapat hukuman mati oleh tentara Jepang.

Syuhada kebanggaan Tasikmalaya ini dikebumikan di Kompleks Pondok Pesantren Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya, yang kompleks pemakaman tersebut ditetapkan pemerintah menjadi Taman Makam Pahlawan Sukamanah.

Bahkan saat meninggal dunia, Kolonel Syarif Hidayat turut dimakamkan di tempat KH. Zainal Mustofa bersemayam. Atas keberanian dan pengorbanannya melawan penjajah, KH. Zainal Mustofa dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 064/TK/tahun 1972 tanggal 20 November 1972.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2773 seconds (0.1#10.140)