Mengenal Raja-Raja di Sumenep, Masyarakat Menyebutnya Asta Tinggi

Minggu, 11 Juni 2023 - 14:07 WIB
loading...
Mengenal Raja-Raja di...
Suasana kompleks pemakaman Raja-raja Sumenep yang dikenal dengan sebutan Asta Tinggi
A A A
SUMENEP - Suasana kompleks pemakaman Raja -raja Sumenep yang dikenal dengan sebutan Asta Tinggi tidak seperti pemakaman biasa. Asta Tinggi terasa memiliki aura mistis atau gaib.

Bisa dimaklumi karena di tempat inilah dimakamkan para raja yang memiliki kesaktian. Tidak heran jika Asta Tinggi menjadi objek wisata religi. Pengunjung datang ke tempat ini untuk menimba kekuatan spiritual

Kompleks pasarean (pemakaman) ini tampak begitu terhampar luas, karena selain makam-makam para Raja Sumenep yang dimakamkan di Asta Tinggi, terdapat juga makam-makam dari kerabat para raja yang dimakamkan di pasarean tersebut.

Makam ini dibangun pertama kali sekitar tahun 1600-an Masehi. Konon yang pertama kali dimakamkan di pemakaman keramat ini adalah Tumenggung Anggadipa atau Pangeran Anggadipa.

Baca juga: Diduga Sesak Napas Jemaah Haji Sumenep Meninggal Dunia di Makkah

Menurut catatan sejarah, Anggadipa seorang bangsawan Jepara yang ditunjuk Kerajaan Mataram untuk mengisi kevakuman pemerintahan di Pulau Madura akibat invasi Sultan Agung. Pangeran Anggadipa sangat betah di Sumenep.

Saat selesai masa tugasnya, Anggadipa tidak kembali ke Jepara. Dia bersama keluarganya memilih tinggal di Sumenep hingga akhir hidupnya. Saat wafat, Anggadipa dimakamkan di bukit yang terletak di Desa Kebunagung, yaitu lokasi Asta Tinggi saat ini.

Dalam perkembangan selanjutnya, banyak penguasa dinasti Bugan yang dimakamkan di samping Pangeran Anggadipa. Maka jadilah kemudian kompleks itu sebagai pemakaman raja-raja Sumenep.

Selanjutnya, Asta Tinggi dipagari keliling dengan batu yang dibangun oleh salah satu Demang atau Wali Kota di Ambunten, Raden Demang Singoleksono alias Kiai Macan Ambunten.

Dia adalah salah satu tokoh keraton dari keluarga dinasti Bugan. Tokoh ini dikenal juga sebagai waliyullah. Pihak keraton Sumenep bahkan selalu meminta nasihatnya untuk perkara-perkara sulit.

Konon, susunan pagar batu yang dibuat Kiai Macan, disusun tanpa perekat. Material tanah dijadikan perekat namun sangat kokoh hingga sekarang. Bahkan oleh banyak orang, pagar batu itu mengandung kekuatan gaib.

Karena itu, dari dulu Asta Tinggi memang dikenal angker dan keramat. Cerita-cerita yang mendukung keangkeran itu pun muncul. Ada cerita, misalnya, burung yang terbang di atas kompleks Asta Tinggi langsung jatuh dan mati.

Perlu diketahui, untuk membedakan antara makam para raja dan makam kerabat-kerabatnya adalah makam para raja beserta permaisurinya diletakkan di dalam kubah-kubah terpisah dari kerabat keraton.

Baca juga: Lestarikan Budaya Tradisional, Sumenep Gelar Parade Musik Tong-Tong

Berdasarkan catatan sejarah disebutkan, kompleks pemakaman raja-raja Sumenep dibangun sejak 1750 masehi selama tiga masa pemerintahan. Di mana dimulai dari masa Panembahan Somala, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II.

Asta Tinggi terbagi menjadi dua kompleks yang letaknya sendiri hanya dipisahkan oleh sebuah tembok. Di bagian barat, Asta Tinggi mempunyai corak yang lebih dekat dengan Jawa. Tampak tiga kubah utama dengan masing-masing dari kubahnya berisi tiga sampai dengan enam makam.

Pada kubah pertama terdapat makam dari Raden Ayu Mas Ireng, Pangeran Rama, Pangeran Wirosari, Pangeran Anggadipa, Pangeran Panji Polang Jiawa serta Raden Ayu Artak (istri Pangeran Panji Polang Jiwa).

Kemudian, pada kubah kedua terdapat makam dari Pangeran Jimat, Raden Aria Wironegoro dan Ratu Ari. Untuk kubah yang terakhir terdapat makam Raden Bendara Moh. Saod, Raden Ayu Dewi Resmana serta beberapa makam yang lainnya.

Sementara, pada bagian timur kompleks, Asta Tinggi tampak bercorak Arab, China, Eropa dan Jawa dan hanya terdapat satu kubah. Di dalamnya terdapat beberapa makam seperti makam dari RA Panembahan Moh Soleh Notokusumo, Kanjeng Ratu Prawirodiningrat, RA Hatsah binti Panembahan Notokusumo, RA Panembahan Sumolo, R Arjo Pratamingkusumo Abd Mohaimin.

Saat masuk menuju kompleks Asta Tinggi pada bagian timur terlihat cukup indah dan sangat kental dengan gaya arsitektur Eropa. Kemudian di bagian puncak gerbangnya ada lima aksesoris yang menyerupai seperti piala. Sedangkan di kanan ataupun kiri dari pintu gerbangnya, ada prasasti yang ditulis menggunakan aksara Arab.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3930 seconds (0.1#10.140)