Mengenal Raja-Raja di Sumenep, Masyarakat Menyebutnya Asta Tinggi
loading...
A
A
A
SUMENEP - Suasana kompleks pemakaman Raja -raja Sumenep yang dikenal dengan sebutan Asta Tinggi tidak seperti pemakaman biasa. Asta Tinggi terasa memiliki aura mistis atau gaib.
Bisa dimaklumi karena di tempat inilah dimakamkan para raja yang memiliki kesaktian. Tidak heran jika Asta Tinggi menjadi objek wisata religi. Pengunjung datang ke tempat ini untuk menimba kekuatan spiritual
Kompleks pasarean (pemakaman) ini tampak begitu terhampar luas, karena selain makam-makam para Raja Sumenep yang dimakamkan di Asta Tinggi, terdapat juga makam-makam dari kerabat para raja yang dimakamkan di pasarean tersebut.
Makam ini dibangun pertama kali sekitar tahun 1600-an Masehi. Konon yang pertama kali dimakamkan di pemakaman keramat ini adalah Tumenggung Anggadipa atau Pangeran Anggadipa.
Baca juga: Diduga Sesak Napas Jemaah Haji Sumenep Meninggal Dunia di Makkah
Menurut catatan sejarah, Anggadipa seorang bangsawan Jepara yang ditunjuk Kerajaan Mataram untuk mengisi kevakuman pemerintahan di Pulau Madura akibat invasi Sultan Agung. Pangeran Anggadipa sangat betah di Sumenep.
Saat selesai masa tugasnya, Anggadipa tidak kembali ke Jepara. Dia bersama keluarganya memilih tinggal di Sumenep hingga akhir hidupnya. Saat wafat, Anggadipa dimakamkan di bukit yang terletak di Desa Kebunagung, yaitu lokasi Asta Tinggi saat ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, banyak penguasa dinasti Bugan yang dimakamkan di samping Pangeran Anggadipa. Maka jadilah kemudian kompleks itu sebagai pemakaman raja-raja Sumenep.
Selanjutnya, Asta Tinggi dipagari keliling dengan batu yang dibangun oleh salah satu Demang atau Wali Kota di Ambunten, Raden Demang Singoleksono alias Kiai Macan Ambunten.
Dia adalah salah satu tokoh keraton dari keluarga dinasti Bugan. Tokoh ini dikenal juga sebagai waliyullah. Pihak keraton Sumenep bahkan selalu meminta nasihatnya untuk perkara-perkara sulit.
Bisa dimaklumi karena di tempat inilah dimakamkan para raja yang memiliki kesaktian. Tidak heran jika Asta Tinggi menjadi objek wisata religi. Pengunjung datang ke tempat ini untuk menimba kekuatan spiritual
Kompleks pasarean (pemakaman) ini tampak begitu terhampar luas, karena selain makam-makam para Raja Sumenep yang dimakamkan di Asta Tinggi, terdapat juga makam-makam dari kerabat para raja yang dimakamkan di pasarean tersebut.
Makam ini dibangun pertama kali sekitar tahun 1600-an Masehi. Konon yang pertama kali dimakamkan di pemakaman keramat ini adalah Tumenggung Anggadipa atau Pangeran Anggadipa.
Baca juga: Diduga Sesak Napas Jemaah Haji Sumenep Meninggal Dunia di Makkah
Menurut catatan sejarah, Anggadipa seorang bangsawan Jepara yang ditunjuk Kerajaan Mataram untuk mengisi kevakuman pemerintahan di Pulau Madura akibat invasi Sultan Agung. Pangeran Anggadipa sangat betah di Sumenep.
Saat selesai masa tugasnya, Anggadipa tidak kembali ke Jepara. Dia bersama keluarganya memilih tinggal di Sumenep hingga akhir hidupnya. Saat wafat, Anggadipa dimakamkan di bukit yang terletak di Desa Kebunagung, yaitu lokasi Asta Tinggi saat ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, banyak penguasa dinasti Bugan yang dimakamkan di samping Pangeran Anggadipa. Maka jadilah kemudian kompleks itu sebagai pemakaman raja-raja Sumenep.
Selanjutnya, Asta Tinggi dipagari keliling dengan batu yang dibangun oleh salah satu Demang atau Wali Kota di Ambunten, Raden Demang Singoleksono alias Kiai Macan Ambunten.
Dia adalah salah satu tokoh keraton dari keluarga dinasti Bugan. Tokoh ini dikenal juga sebagai waliyullah. Pihak keraton Sumenep bahkan selalu meminta nasihatnya untuk perkara-perkara sulit.