Kisah Pemerintah Belanda Beri Upeti Mewah dan Langka ke Sultan Amangkurat I usai Perang Batavia

Senin, 05 Juni 2023 - 06:04 WIB
loading...
Kisah Pemerintah Belanda Beri Upeti Mewah dan Langka ke Sultan Amangkurat I usai Perang Batavia
Kerajaan Mataram Islam. Foto/Dok. jogjaprov.go.id
A A A
Sultan Agung memilih bersikap keras terhadap kekuasaan Belanda, hingga dua kali melakukan serangan ke Batavia. Sikap berbeda diambil putranya, Sultan Amangkurat I, yang menggantikan posisinya sebagai raja Kerajaan Mataram. Sultan Amangkurat I disebut lebih luwes saat menghadapi Belanda.



Bahkan, usai perang antara Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung, dengan pemerintahan Belanda di Batavia, berbagai upaya perdamaian mulai dilakukan Kerajaan Mataram. Upaya perdamaian itu, disambut baik oleh Belanda.



Setelah perdamaian terwujud, kedua kubu sepakat saling bertukar pikiran "cenderamata". Kubu Belanda sebagaimana dikisahkan H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram: Di Bawah Mangkurat I" membebaskan para tawanan dari Mataram, termasuk beberapa ulama yang ikut berperang.



Di sisi lain, Mataram juga memberikan kado berlimpah ke Belanda berupa harta kekayaan alam, membayar sejumlah uang, dan empat butir intan yang indah. Tetapi Belanda bukanlah kurang akal, dengan taktiknya pemerintah kompeni menjanjikan penghormatan khidmat kepada Mataram.

Tak lupa, pemerintah kolonial juga bersedia memesan dan memberikan pakaian serta barang-barang langka yang mewah untuk Sultan Amangkurat I penguasa Mataram, dan Tumenggung Wiraguna yang diutus berunding dengan Belanda.



Di Teluk Semarang dilaksanakan penukaran tawanan, dan pengembalian uang yang disita. Kesempatan itu, dilanjutkan dengan pembicaraan tentang syarat-syarat perdamaian. Pada 24 September 1646, muncul di pertemuan tingkat tinggi perutusan Mataram baru, yang menyampaikan seberkas lengkap syarat-syarat perdamaian.

Dua anggota perutusan itu memakai nama Arab, yaitu Abdul Latif, syahbandar Jepara, dan intche (atau encik) Kodrat, yang ketiga bernama Martasara. Di mana, syarat-syarat perdamaian yang disepakati merupakan hasil perundingan di istana pada sekitar bulan Agustus 1646.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)