Kisah Amangkurat I, Tega Jemur Pejabat Kerajaan karena Tak Becus Jalankan Proyek Istana Baru

Senin, 15 Mei 2023 - 19:03 WIB
loading...
Kisah Amangkurat I, Tega Jemur Pejabat Kerajaan karena Tak Becus Jalankan Proyek Istana Baru
Sketsa denah Keraton Plered, yang merupakan istana megah Kerajaan Mataram. Foto/Dok. Balai Arkeologi Yogyakarta
A A A
Raja Mataram, Sultan Amangkurat I sulit untuk ditemui para tamu. Dia sedang fokus untuk menuntaskan proyek ambisius membangun istana baru. Demi mewujudkan istana baru Kerajaan Mataram tersebut, dia juga tak segan menghukum para pejabat kerajaan yang tidak membantu penyelesaian pembangunan istana baru.



Akibat terlalu fokusnya Raja Mataram dalam pembangunan istana baru tersebut, sering kali petinggi istana dan tamu dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram harus gigit jari saat ingin bertemu dengan Sultan Amangkurat I.



Dalam catatan utusan Belanda, Winrick Kieft saat berkunjung ke Istana Kerajaan Mataram pada 21 November 1655, sebagaimana dikutip dari "Disintegrasi Mataram: Di Bawah Mangkurat I", para pejabat Kerajaan Mataram yang tidak membantu penyelesaian pembangunan istana baru, dihukum dengan cara diikat dan dibaringkan di paseban.



Setelah itu mereka juga dijemur di bawah teriknya panas matahari. Hal ini pula yang membuat para petinggi dan pejabat Kerajaan Mataram, tak sempat menemui para tamu yang datang karena juga disibukkan dengan proses pembangunan Istana Plered.

Pendirian keraton baru itu, terus dikebut kendati memerlukan waktu yang cukup lama. Catatan pada berita Belanda menyebutkan tinggi keraton mencapai lima depa dan tebalnya mencapai dua depa. Jika dikalkulasikan satu depa sekitar 1,829 meter maka total tinggi tembok keraton mencapai 9,145 meter, dengan tebal mencapai 3,5 meter lebih.

Bahkan, Sultan Amangkurat I masih meminta agar tembok yang dibangun ditambahkan suatu perisai di atasnya setinggi dada. Banyaknya bahan yang diperlukan membuat setiap hari pejabat Kerajaan Mataram, selalu melakukan pembicaraan untuk proses pembangunan ini.

Pada Babad Sangkala disebutkan, Sitinggil bagian bawah dibangun dengan batu. Setelah itu dikumpulkan papan-papan untuk Sitinggil, tentunya untuk mendirikan suatu apilan. Pada tahun 1574 J (mulai 14 Desember 1651) bagian witana, atau anjungan di Sitinggil diperbarui.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3170 seconds (0.1#10.140)