Wisata Religi Sumenep yang Wajib Dikunjungi Selama Ramadan
loading...
A
A
A
Menurut cerita, asal mula makam Sayyid Yusuf bermula pada tahun 1212 H atau 1791 M saat Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakutaningrat beserta rombongan dan prajuritnya berangkat dari keraton demi menyebarluaskan agama Islam di Bali. Ditengah perjalanan, raja beserta para prajuritnya berlabuh di pelabuhan Kalianget untuk beristirahat. Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat tidak sengaja menemukan makam kuno (pasarean) yang tidak terawat.
Diganggu rasa penasaran, Raja Sumenep ini berdoa kepada Allah SWT untuk diberi petunjuk. Doa sang raja diijabah Allah SWT dan muncullah cahaya dari ilalang sampai ke langit. Raja kemudian mendatangi sumber cahaya tersebut. Di tempat yang mengeluarkan cahaya tersebut terdapat daun sukun yang bertuliskan Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani. Dan pada saat itu juga Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat menuliskan nama pada batu nisan itu sesuai dengan tulisan pada daun sukun tersebut.
3. Masjid Agung Sumenep
Masjid Agung Sumenep atau Masjid Jami Panembahan Somala adalah salah satu wisata religi yang sangat populer di Sumenep. Bangunan itu didirikan pada 1779 masehi dan memiliki makna filosofis pada setiap sudut bangunannya.
Masjid yang terletak di terletak Jalan Trunojoyo, Dalem Anyar, Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep ini menjadi salah satu bangunan dari 10 masjid tertua di Nusantara. Arsitektur masjid ini memiliki kekhasan tersendiri dengan unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura.
Disadur dari laman kemendikbud.go.id , Masjid Jami' ini didirikan pada masa pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI yang sekarang disebut Sumenep. Masjid Jami' ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan masyarakat. Masjid Panembahan Somala ini dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango.
Selain memiliki corak dan arsitektur dari pengaruh berbagai budaya, Masjid Jami' Sumenep ini juga memiliki filosofi tinggi. Salah satunya adalah pagar tembok dengan pintu gerbang berbentuk gapura sebagai pintu utama masjid yang memiliki makna agar para jemaah lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadah shalat.
Kemudian pintu Masjid Jami' yang berbentuk gapura. Kata gapura ini diambil dari bahasa arab ghafura yang artinya tempat pengampunan. Sehingga diharapkan masyarakat yang beribadah disini bisa memohon ampun kepada Allah dan mendapatkan ampunan-Nya.
Diganggu rasa penasaran, Raja Sumenep ini berdoa kepada Allah SWT untuk diberi petunjuk. Doa sang raja diijabah Allah SWT dan muncullah cahaya dari ilalang sampai ke langit. Raja kemudian mendatangi sumber cahaya tersebut. Di tempat yang mengeluarkan cahaya tersebut terdapat daun sukun yang bertuliskan Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani. Dan pada saat itu juga Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat menuliskan nama pada batu nisan itu sesuai dengan tulisan pada daun sukun tersebut.
3. Masjid Agung Sumenep
Masjid Agung Sumenep atau Masjid Jami Panembahan Somala adalah salah satu wisata religi yang sangat populer di Sumenep. Bangunan itu didirikan pada 1779 masehi dan memiliki makna filosofis pada setiap sudut bangunannya.
Masjid yang terletak di terletak Jalan Trunojoyo, Dalem Anyar, Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep ini menjadi salah satu bangunan dari 10 masjid tertua di Nusantara. Arsitektur masjid ini memiliki kekhasan tersendiri dengan unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura.
Disadur dari laman kemendikbud.go.id , Masjid Jami' ini didirikan pada masa pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI yang sekarang disebut Sumenep. Masjid Jami' ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan masyarakat. Masjid Panembahan Somala ini dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango.
Selain memiliki corak dan arsitektur dari pengaruh berbagai budaya, Masjid Jami' Sumenep ini juga memiliki filosofi tinggi. Salah satunya adalah pagar tembok dengan pintu gerbang berbentuk gapura sebagai pintu utama masjid yang memiliki makna agar para jemaah lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadah shalat.
Kemudian pintu Masjid Jami' yang berbentuk gapura. Kata gapura ini diambil dari bahasa arab ghafura yang artinya tempat pengampunan. Sehingga diharapkan masyarakat yang beribadah disini bisa memohon ampun kepada Allah dan mendapatkan ampunan-Nya.
(msd)