Ramalan Sunan Giri soal Mataram Membuat Raja Pajang Jaka Tingkir Was-was
loading...
A
A
A
SUNAN GIRI konon pernah menemui Ki Gede Pamanahan ketika pelantikan Raja Pajang Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Saat itu Sunan Giri memang baru saja menghadiri undangan pelantikan Sultan Hadiwijaya dari Pajang yang dilantik menjadi raja.
Jamuan makan istimewa pun menjadi suguhan. Terlebih selain kedatangan Sunan Giri yang merupakan salah satu Walisongo atau penyebar agama Islam di Pulau Jawa, juga terdapat Sunan Prapen.
Setelah jamuan makan bersama, raja memberikan sambutan pertamanya ketika dilantik. Beberapa tamu undangan hendak pulang. Tetapi Ki Pamanahan yang datang dipanggil oleh Sunan Giri.
De Graaf pada bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", menggambarkan bagaimana pertemuan antara Sunan Giri dengan Ki Ageng Pamanahan yang merupakan perintis tanah Mataram.
Sunan Giri memintanya agar mendekat, lalu mengucapkan ramalan: "Keturunan Ki Gede Mataram kelak akan memerintah seluruh rakyat Jawa. Bahkan Giri patuh pada Mataram."
Demikian ucapan Sunan Giri yang disampaikan ke Ki Ageng Pamanahan atau yang dikenal juga dengan Ki Gede Mataram.
Ki Pamanahan pun mengucapkan terima kasihnya kepada Sunan Giri. Ia pun menawarkan kerisnya untuk diberikan ke Sunan Giri, tetapi oleh Sunan Giri tidak diterimanya.
Setelah itu sang Raja Pajang tersebut memerintahkan agar menggali sebuah danau, dan perintahnya itu dipatuhi. Danau itu diberi nama Patut. Kemudian mereka semua diberi izin pulang kembali.
Sekembalinya Sunan Giri dari Pajang, timbullah reaksi beragam dari perkataan Sunan Giri. Sang Raja Pajang Jaka Tingkir yang dilantik pun dibuat terkejut akan perkataan Sunan Giri, perkataan itu seolah menjadi ramalan dan memang kerap kali ramalan itu terealisasi.
Maka sepulangnya Sunan Giri, Raja Pajang Jaka Tingkir ingin segera memadamkan bunga api itu, yang tak lain adalah Mataram. Tetapi ayahnya tidak mau melanggar keputusan Tuhan, dan takut akan akibatnya.
Jamuan makan istimewa pun menjadi suguhan. Terlebih selain kedatangan Sunan Giri yang merupakan salah satu Walisongo atau penyebar agama Islam di Pulau Jawa, juga terdapat Sunan Prapen.
Setelah jamuan makan bersama, raja memberikan sambutan pertamanya ketika dilantik. Beberapa tamu undangan hendak pulang. Tetapi Ki Pamanahan yang datang dipanggil oleh Sunan Giri.
De Graaf pada bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", menggambarkan bagaimana pertemuan antara Sunan Giri dengan Ki Ageng Pamanahan yang merupakan perintis tanah Mataram.
Sunan Giri memintanya agar mendekat, lalu mengucapkan ramalan: "Keturunan Ki Gede Mataram kelak akan memerintah seluruh rakyat Jawa. Bahkan Giri patuh pada Mataram."
Demikian ucapan Sunan Giri yang disampaikan ke Ki Ageng Pamanahan atau yang dikenal juga dengan Ki Gede Mataram.
Ki Pamanahan pun mengucapkan terima kasihnya kepada Sunan Giri. Ia pun menawarkan kerisnya untuk diberikan ke Sunan Giri, tetapi oleh Sunan Giri tidak diterimanya.
Setelah itu sang Raja Pajang tersebut memerintahkan agar menggali sebuah danau, dan perintahnya itu dipatuhi. Danau itu diberi nama Patut. Kemudian mereka semua diberi izin pulang kembali.
Sekembalinya Sunan Giri dari Pajang, timbullah reaksi beragam dari perkataan Sunan Giri. Sang Raja Pajang Jaka Tingkir yang dilantik pun dibuat terkejut akan perkataan Sunan Giri, perkataan itu seolah menjadi ramalan dan memang kerap kali ramalan itu terealisasi.
Maka sepulangnya Sunan Giri, Raja Pajang Jaka Tingkir ingin segera memadamkan bunga api itu, yang tak lain adalah Mataram. Tetapi ayahnya tidak mau melanggar keputusan Tuhan, dan takut akan akibatnya.