Kisah Mistis Gunung Lawu yang Dikutuk oleh Prabu Brawijaya
loading...
A
A
A
Sementara puncak Hargo Dumilah merupakan tempat meditasi bagi penganut kejawen. Selain itu ada daerah yang warganya dipantang untuk mendaki Gunung Lawu yaitu Cepu Blora.
Konon pantangan ini bermula saat Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri dikejar pasukan pimpinan Adipati Cepu yang bermaksud menangkapnya hidup atau mati.
Karena Prabu Brawijaya V merupakan musuh bebuyutan Adipati Cepu. Namun tak satu pun dari pasukan Cepu yang berhasil menangkap Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Konon, di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu. Isi sumpahnya; jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau dari keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka atau mati di Gunung Lawu.
Lalu sumpah Prabu Brawijaya V ini sampai sekarang tuahnya masih diikuti oleh orang-orang dari daerah Cepu terutama keturunan Adipati Cepu yang ingin mendaki ke Gunung Lawu, mereka masih merasa takut jika melanggarnya.
Selain ketiga puncak yang sering dikunjungi pendaki ada dua tempat yakni yang Sendang Panguripan dan Drajat yang kerap didatangi para peziarah.
Sendang Panguripan diyakini memiliki kekuatan magis karena di sendang ini sumber airnya pernah dimanfaatkan oleh Prabu Brawijaya V ketika bersemedi di Gunung Lawu.
Para peziarah biasanya memanfaatkan air tersebut untuk ritual mandi karena dipercaya sangat berkhasiat. Ritual ini kerap dilakukan peziarah pada malam hari dengan suhu yang sangat dingin.
Sama seperti Sendang Panguripan di Sendang Drajat pun airnya sering dimanfaatkan oleh para peziarah dengan melakukan ritual. Konon airnya juga dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Sementara menurut cerita leluhur yang dikisahkan turun-temurun, Gunung Lawu juga merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa. Kegiatan itu berhubungan dengan tradisi dan budaya Keraton Solo dan Yogyakarta misalnya upacara labuhan setiap bulan Suro.
Konon pantangan ini bermula saat Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri dikejar pasukan pimpinan Adipati Cepu yang bermaksud menangkapnya hidup atau mati.
Baca Juga
Karena Prabu Brawijaya V merupakan musuh bebuyutan Adipati Cepu. Namun tak satu pun dari pasukan Cepu yang berhasil menangkap Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Konon, di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu. Isi sumpahnya; jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau dari keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka atau mati di Gunung Lawu.
Lalu sumpah Prabu Brawijaya V ini sampai sekarang tuahnya masih diikuti oleh orang-orang dari daerah Cepu terutama keturunan Adipati Cepu yang ingin mendaki ke Gunung Lawu, mereka masih merasa takut jika melanggarnya.
Selain ketiga puncak yang sering dikunjungi pendaki ada dua tempat yakni yang Sendang Panguripan dan Drajat yang kerap didatangi para peziarah.
Sendang Panguripan diyakini memiliki kekuatan magis karena di sendang ini sumber airnya pernah dimanfaatkan oleh Prabu Brawijaya V ketika bersemedi di Gunung Lawu.
Para peziarah biasanya memanfaatkan air tersebut untuk ritual mandi karena dipercaya sangat berkhasiat. Ritual ini kerap dilakukan peziarah pada malam hari dengan suhu yang sangat dingin.
Sama seperti Sendang Panguripan di Sendang Drajat pun airnya sering dimanfaatkan oleh para peziarah dengan melakukan ritual. Konon airnya juga dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Sementara menurut cerita leluhur yang dikisahkan turun-temurun, Gunung Lawu juga merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa. Kegiatan itu berhubungan dengan tradisi dan budaya Keraton Solo dan Yogyakarta misalnya upacara labuhan setiap bulan Suro.