Pelajar SMA Negeri 11 Makassar Babak Belur Dikeroyok Senior
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pengeroyokan yang dilakukan oleh senior terhadap adik kelas, menimpa seorang pelajar kelas XI SMA Negeri Makassar. Akibat pengeroyokan yang terjadi di dalam sekolah pada Jumat (18/3/2023) tersebut, korban babak belur dan masih trauma.
Video aksi pengeroyokan tersebut, juga viral di media sosial (Medsos). Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah siswa menjadi korban pengeroyokan. Mereka dipukuli dan diinjak, bahkan ada yang diseret oleh para seniornya.
Korban yang mengalami luka lebam akibat pengeroyokan tersebut, diketahui berinisial GPM (17). Pada Minggu (19/3/2023) malam, dia masih mengalami trauma berat dan ketakutan sehingga tidak ingin bersekolah.
Ayah korban, Idiamin Sartian menyebutkan, dari pengakuan korban peristiwa pengeroyokan ini merupakan tradisi penganiayaan yang kerap dilakukan oleh para senior di dalam sekolah.
"Awalnya korban hendak pulang sekolah, melihat temannya dipukuli oleh senior di pintu pagar sekolah, akhirnya korban berupaya menolong tetapi justru ikut jadi sasaran pengeroyokan," tuturnya.
Idiamin menambahkan, setelah dipukuli, anaknya sempat melaporkan pengeroyokan yang dialaminya ke guru dan berusaha untuk pulang. Namun saat hendak mencari jalan ke luar sekolah, korban kembali dikeroyok. "Mirisnya, pengeroyokan itu disaksikan sejumlah guru, yang hanya mevideokan tapi tidak melerai," ungkapnya.
Dia berharap, ada proses hukum terhadap semua pihak yang bertanggungjawab, karena pengeroyokan terjadi di lingkungan sekolah dan disaksikan oleh para guru. Bahkan, orang tua korban pengeroyokan telah melaporkan kasus itu ke Polsek Tamalate, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Video aksi pengeroyokan tersebut, juga viral di media sosial (Medsos). Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah siswa menjadi korban pengeroyokan. Mereka dipukuli dan diinjak, bahkan ada yang diseret oleh para seniornya.
Korban yang mengalami luka lebam akibat pengeroyokan tersebut, diketahui berinisial GPM (17). Pada Minggu (19/3/2023) malam, dia masih mengalami trauma berat dan ketakutan sehingga tidak ingin bersekolah.
Ayah korban, Idiamin Sartian menyebutkan, dari pengakuan korban peristiwa pengeroyokan ini merupakan tradisi penganiayaan yang kerap dilakukan oleh para senior di dalam sekolah.
"Awalnya korban hendak pulang sekolah, melihat temannya dipukuli oleh senior di pintu pagar sekolah, akhirnya korban berupaya menolong tetapi justru ikut jadi sasaran pengeroyokan," tuturnya.
Idiamin menambahkan, setelah dipukuli, anaknya sempat melaporkan pengeroyokan yang dialaminya ke guru dan berusaha untuk pulang. Namun saat hendak mencari jalan ke luar sekolah, korban kembali dikeroyok. "Mirisnya, pengeroyokan itu disaksikan sejumlah guru, yang hanya mevideokan tapi tidak melerai," ungkapnya.
Dia berharap, ada proses hukum terhadap semua pihak yang bertanggungjawab, karena pengeroyokan terjadi di lingkungan sekolah dan disaksikan oleh para guru. Bahkan, orang tua korban pengeroyokan telah melaporkan kasus itu ke Polsek Tamalate, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
(eyt)