Korban Longsor Pulau Serasan Natuna Mulai Keluhkan Pasokan Logistik
loading...
A
A
A
NATUNA - Korban bencana longsor Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), mulai mengeluhkan keterlambatan pasokan logistik. Mereka terpaksa bertahan di pengungsian, dengan kondisi apa adanya.
Bahkan, sejumlah pengungsi sempat mengaku tidak mendapatkan pasokan logistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di pengungsian. Ada sekitar 2.263 jiwa yang kini menjadi pengungsian, akibat longsor yang menerjang wilayah Pulau Serasan.
Para pengungsi tersebar di sejumlah titik pengungsian. Salah satunya ada di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan. Di PLBN Serasan, ada sekitar 174 jiwa pengungsi korban longsor Pulau Serasan.
Salah satu pengungsi korban longsor Pulau Serasan, Rini Haryani mengaku tidak mendapatkan kasur untuk lasa tidur. "Selama beberapa hari di pengungsian, tidur hanya beralas tikar dan karpet, sehingga sangat menyusahkan," tuturnya.
Warga yang mengungsi akibat longsor tersebut, sudah melaporkan keterlambatan pasokan logistik ini ke kepala desa, dan petugas logistik, tetapi belum ada respons. Pada malam hari, para pengungsi yang didominasi anak-anak dan orang tua tersebut, sangat kesulitan karena hanya tidur di karpet dan tikar.
Bahkan, sejumlah pengungsi sempat mengaku tidak mendapatkan pasokan logistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di pengungsian. Ada sekitar 2.263 jiwa yang kini menjadi pengungsian, akibat longsor yang menerjang wilayah Pulau Serasan.
Para pengungsi tersebar di sejumlah titik pengungsian. Salah satunya ada di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan. Di PLBN Serasan, ada sekitar 174 jiwa pengungsi korban longsor Pulau Serasan.
Salah satu pengungsi korban longsor Pulau Serasan, Rini Haryani mengaku tidak mendapatkan kasur untuk lasa tidur. "Selama beberapa hari di pengungsian, tidur hanya beralas tikar dan karpet, sehingga sangat menyusahkan," tuturnya.
Warga yang mengungsi akibat longsor tersebut, sudah melaporkan keterlambatan pasokan logistik ini ke kepala desa, dan petugas logistik, tetapi belum ada respons. Pada malam hari, para pengungsi yang didominasi anak-anak dan orang tua tersebut, sangat kesulitan karena hanya tidur di karpet dan tikar.
(eyt)