Selalu Digambarkan Bertelanjang Dada, Ternyata Ken Dedes Tak Pernah Mengumbar Payudara

Jum'at, 17 Februari 2023 - 08:49 WIB
loading...
Selalu Digambarkan Bertelanjang Dada, Ternyata Ken Dedes Tak Pernah Mengumbar Payudara
Ken Dedes istri akuwu Tunggul Ametung yang direbut Ken Arok selalu digambarkan bertelanjang dada. (Ist)
A A A
BLITAR - Ken Dedes istri akuwu Tunggul Ametung yang direbut Ken Arok selalu digambarkan bertelanjang dada. Hal itu merujuk pada penemuan arca Prajna Paramitha.

Sejumlah sumber sejarah meyakini Ken Dedes pada sepanjang hidupnya mengenakan penutup dada. Dedes tidak toples dengan memamerkan keindahan payudaranya.

Pemakaian penutup dada itu berkaitan dengan status sosial Ken Dedes yang tinggi. Sebagai istri seorang akuwu, ia berdandan layaknya perempuan yang terhormat.

Begitu juga saat menjadi istri Raja Singasari Ken Arok. Hanya saja kain penutup dada yang dipakai bersifat menerawang.

“Ratu kerajaan Singasari itu selama ini mengenakan penutup sutra yang memang transparan sehingga payudara terlihat dan seperti tak tertutup,” demikian dikutip dari buku Sejarah Nusantara Yang Disembunyikan (2019).

Ken Dedes merupakan putri seorang brahmana. Mengacu kitab Pararaton, ayah Ken Dedes adalah Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana di Panawijen (daerah di Malang).

Dedes yang masih remaja membuat Tunggul Ametung sang akuwu Tumapel terpikat secara membabi buta. Diculiknya Ken Dedes sekaligus dinikahinya paksa.

Tahu anaknya diperlakukan tidak senonoh, Mpu Purwa meradang. Ia melontarkan kutukan, bahwa kelak penculik anaknya akan mati tertikam keris. Kutukan itu betul-betul menemukan jalannya.

Ken Arok yang terpikat dengan Ken Dedes menikam Tunggul Ametung dengan sebilah keris Mpu Gandring hingga tewas. Berangkat dari seorang akuwu, Ken Arok membangun karir politiknya menjadi Raja Singasari.

Dari perkawinannya dengan Tunggul Ametung, Ken Dedes dikaruniai putra bernama Anusapati. Kemudian dari Ken Arok, Ken Dedes memiliki sejumlah anak, yakni di antaranya Mahesa Wongateleng, Panji Saprang, Agnibhaya dan Dewi Rimbu.

Sebagai bangasawan Ken Dedes mengenakan busana yang sedikit berbeda dengan rakyat kebanyakan. Selain dada tertutup kain transparan, bagian bawah Ken Dedes juga berbalut kain yang dinamakan jarik atau sewek.

Sementara rakyat pada umumnya saat itu bertelanjang dada, termasuk perempuan. Bahkan kaum laki-laki mengenakan kain hanya untuk menutup bagian kemaluan.

Pemakaian penutup badan pada rakyat jelata berlangsung mulai masuknya Islam sekitar abad ke-13 Masehi. Hal itu terkait dengan aturan aurat.

“Gambaran itu sebagaimana memang terpahat dalam beberapa relief candi peninggalan kerajaan Hindu-Buddha”.

Ken Dedes diwujudkan dalam sebuah arca Prajna Paramitha setinggi 1,26 meter dengan tubuh penuh perhiasan, yakni mulai gelang kaki, bagian perut, tangan, dada, leher, kuping, badan dan mahkota.

Baca: Tasyakuran 1 Abad NU, Kiai dari Berbagai Daerah Kumpul di Pesantren Tebuireng.

Arca batu andesit itu digambarkan duduk di atas bunga teratai dengan kedua tangan bersikap dharmacakramudra atau memutar roda dunia. Dapat diartikan memegang kunci penguasaan sebab dan akibat.

Pada tangan kiri melingkar tangkai teratai yang menjadi alas sebuah kitab. Kitab yang berada di tangan arca Ken Dedes itu diberi nama Prajna Paramithasutra atau Kitab Kebijaksanaan Utama.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5333 seconds (0.1#10.140)