Holding BUMN Farmasi Siap Produksi Obat COVID-19
Minggu, 12 Juli 2020 - 11:14 WIB
BANDUNG - Holding BUMN Farmasi menyatakan kemampuannya membuat sendiri obat COVID-19 seperti Chloroquine dan Hidrocholoroquine. Termasuk kemampuan memproduksi PCR untuk memenuhi kebutuhan 2 juta unit per bulan.
Direktur Utama Bio Farma yang juga Direktur Utama Induk Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir mengatakan, holding farmasi telah memperkuat kemandirian industri farmasi nasional.
Salah satunya kemampuannya meningkatkan ketersediaan produk, juga menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi, terutama untuk COVID-19. (BACA JUGA: Menhan Prabowo Minta Prajurit TNI Tes COVID, KSAD: Bagus Sekali )
Menurut Honesti, Bio Farma beserta PT Kimia Farma dan PT Indofarma, fokus untuk menyediakan obat yang sudah masuk ke protokol pemerintah. Saat ini yang sudah mampu diproduksi sendiri seperti Chloroquine dan Hidrocholoroquine. (BACA JUGA: Klaster Secapa AD Ditemukan Berawal dari Perwira Siswa Sakit Bisul )
Chloroquine adalah obat anti malaria. Obat ini digunakan di Indonesia untuk menangani pasien COVID-19. Saat ini, Indonesia masih melakukan importasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Terakhir, Indonesia mengimpor 3 juta Chloroquine. (BACA JUGA: Staf Humas Pemkot Bandung Positif COVID-19, Oded: Dia Yang Membantu Saya )
"Holding BUMN Farmasi juga berkolaborasi untuk pengembangan vaksin, obat dan test diagnostik. Pihaknya bekerjasama dengan lembaga riset nasional perguruan tinggi dan lembaga lainnya. Juga mencari potensi kerja sama dengan lembaga Riset di luar negeri," kata Honesti dalam keterangan resminya.
Bio Farma, ujar dia, telah memproduksi sendiri Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Sampai dengan bulan Juli 2020, Bio Farma sudah memproduksi sebanyak 140 ribu kit. 100 ribu pertama sudah didonasikan ke 45 laboratorium yang tersebar di Indonesia.
Bio Farma akan meningkatkan kapasitas produksi RT-PCR pada Triwulan IV 2020, untuk memenuhi permintaan pemerintah sebanyak 2 juta per bulan.
"Sementara kolaborasi dengan RSPAD dan Lembaga Eijkman fokus pada pemanfaatan plasma konvalesent untuk terapi kepada pasien Covid-19,” ujar dia.
Direktur Utama Bio Farma yang juga Direktur Utama Induk Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir mengatakan, holding farmasi telah memperkuat kemandirian industri farmasi nasional.
Salah satunya kemampuannya meningkatkan ketersediaan produk, juga menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi, terutama untuk COVID-19. (BACA JUGA: Menhan Prabowo Minta Prajurit TNI Tes COVID, KSAD: Bagus Sekali )
Menurut Honesti, Bio Farma beserta PT Kimia Farma dan PT Indofarma, fokus untuk menyediakan obat yang sudah masuk ke protokol pemerintah. Saat ini yang sudah mampu diproduksi sendiri seperti Chloroquine dan Hidrocholoroquine. (BACA JUGA: Klaster Secapa AD Ditemukan Berawal dari Perwira Siswa Sakit Bisul )
Chloroquine adalah obat anti malaria. Obat ini digunakan di Indonesia untuk menangani pasien COVID-19. Saat ini, Indonesia masih melakukan importasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Terakhir, Indonesia mengimpor 3 juta Chloroquine. (BACA JUGA: Staf Humas Pemkot Bandung Positif COVID-19, Oded: Dia Yang Membantu Saya )
"Holding BUMN Farmasi juga berkolaborasi untuk pengembangan vaksin, obat dan test diagnostik. Pihaknya bekerjasama dengan lembaga riset nasional perguruan tinggi dan lembaga lainnya. Juga mencari potensi kerja sama dengan lembaga Riset di luar negeri," kata Honesti dalam keterangan resminya.
Bio Farma, ujar dia, telah memproduksi sendiri Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Sampai dengan bulan Juli 2020, Bio Farma sudah memproduksi sebanyak 140 ribu kit. 100 ribu pertama sudah didonasikan ke 45 laboratorium yang tersebar di Indonesia.
Bio Farma akan meningkatkan kapasitas produksi RT-PCR pada Triwulan IV 2020, untuk memenuhi permintaan pemerintah sebanyak 2 juta per bulan.
"Sementara kolaborasi dengan RSPAD dan Lembaga Eijkman fokus pada pemanfaatan plasma konvalesent untuk terapi kepada pasien Covid-19,” ujar dia.
tulis komentar anda