Jauh Lebih Murah, Mesin Kopi dan Cokelat dari Jember Tak Kalah dengan Produk Eropa
Selasa, 06 Desember 2022 - 10:21 WIB
“Kami hidup dari hasil jasa dan menjual produk inovasi mulai bibit sampai mesin pengolahan skala kecil-menengah. Skala kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Kami fokus ke sana karena 95 persen luas areal kopi dan kakao di Indonesia adalah perkebunan milik rakyat. Berbeda dengan lahan sawit yang sebagian besar dimiliki perusahaan,” terang Ucu.
Dibanding mesin pengolahan biji kakao dari Eropa, harga mesin produksi Puslitkoka jauh lebih murah namun sama manfaatnya dan lebih tepat guna. Harga mesin dari mancanegara di kisaran miliaran rupiah sementara mesin produksi Jember ini hanya puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Puslitkoka juga menjadikan lahan perkebunan kakao dan kopinya sebagai area eduwisata bernama Coco Park dengan berbagai fasilitas. Pengunjung dapat berkeliling area ini dengan mengendarai kereta kayu mirip kendaraan di film kartun Flinstones.
Di sini, pengunjung bisa mendapatkan experience melihat proses cokelat dan kopi mulai petik di kebun hingga dapat dicicipi dalam bentuk produk olahan. Puslitkoka juga memproduksi aneka jenis olahan kopi dan cokelat dengan merek Vicco. Setelah selesai berkeliling, pengunjung dapat memilih produk olahan cokelat dan kopi terbaik sesuai seleranya di outlet yang tersedia.
Ada pula es krim cokelat dan kopi ala kafe. Harga kopi kekinian di sana sangat murah dibanding kopi yang sama di kafe-kafe. Secangkir espresso hanya dibanderol Rp15.000 dengan rasa yang sangat nikmat dan sudah pasti dari biji kopi terbaik.
Puslitkoka resmi menjadi destinasi wisata di Jember pada 2016 bersamaan dengan dikukuhkannya lembaga ini sebagai science techno park pertama di Indonesia oleh Pemerintah RI. Sebelum pandemi, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang per hari. Namun angka tersebut surut saat COVID-19 mengamuk. Hingga kini, jumlah pengunjung belum membaik. “Mencapai 100 orang per hari saja sudah bagus,” sebut Ucu. Padahal Puslitkoka buka setiap hari termasuk tanggal merah.
Di tengah berbagai tantangan, Puslitkoka mencoba bertahan dan terus mengembangkan inovasi demi kemajuan kopi dan kakao Indonesia.
Dibanding mesin pengolahan biji kakao dari Eropa, harga mesin produksi Puslitkoka jauh lebih murah namun sama manfaatnya dan lebih tepat guna. Harga mesin dari mancanegara di kisaran miliaran rupiah sementara mesin produksi Jember ini hanya puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Puslitkoka juga menjadikan lahan perkebunan kakao dan kopinya sebagai area eduwisata bernama Coco Park dengan berbagai fasilitas. Pengunjung dapat berkeliling area ini dengan mengendarai kereta kayu mirip kendaraan di film kartun Flinstones.
Di sini, pengunjung bisa mendapatkan experience melihat proses cokelat dan kopi mulai petik di kebun hingga dapat dicicipi dalam bentuk produk olahan. Puslitkoka juga memproduksi aneka jenis olahan kopi dan cokelat dengan merek Vicco. Setelah selesai berkeliling, pengunjung dapat memilih produk olahan cokelat dan kopi terbaik sesuai seleranya di outlet yang tersedia.
Ada pula es krim cokelat dan kopi ala kafe. Harga kopi kekinian di sana sangat murah dibanding kopi yang sama di kafe-kafe. Secangkir espresso hanya dibanderol Rp15.000 dengan rasa yang sangat nikmat dan sudah pasti dari biji kopi terbaik.
Puslitkoka resmi menjadi destinasi wisata di Jember pada 2016 bersamaan dengan dikukuhkannya lembaga ini sebagai science techno park pertama di Indonesia oleh Pemerintah RI. Sebelum pandemi, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang per hari. Namun angka tersebut surut saat COVID-19 mengamuk. Hingga kini, jumlah pengunjung belum membaik. “Mencapai 100 orang per hari saja sudah bagus,” sebut Ucu. Padahal Puslitkoka buka setiap hari termasuk tanggal merah.
Di tengah berbagai tantangan, Puslitkoka mencoba bertahan dan terus mengembangkan inovasi demi kemajuan kopi dan kakao Indonesia.
(msd)
tulis komentar anda