Kisah Lawatan Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang Pandai Menari Topeng
Kamis, 24 November 2022 - 05:05 WIB
Baca Juga
Berbagai prasasti dan tanggul-tanggul sungai peninggalan Majapahit adalah untuk menunjang ekonomi petani.
Namun, sumber penghidupan masyarakat Majapahit saat itu bukan hanya dari tani, tetapi juga dari perdagangan antarpulau, maupun internasional. Hal ini tampak dari banyaknya tempat penyebrangan dan kota pelabuhan.
Peninggalan itu terlihat di tepi aliran Sungai Brantas dan Sungai Solo. Sedang tempat penyebrangan itu adalah Canggu, Trung, dan Surabaya. Perdagangan Majapahit saat itu adalah garam, beras, lada, intan, cengkeh, dan pala.
Kemudian juga kayu cendana dan gading. Kualitas barang-barang tersebut sangat baik dan diminati internasional.
Berdasarkan berita Cina, Majapahit masa itu telah menjalin hubungan dagang internasional dan persahabatan dengan sejumlah kerajaan-kerjaan besar lainnya, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa, dan Kamboja.
Di luar itu, Kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk juga juga telah menerapkan sistem pajak pada warganya, berupa pajak usaha, pajak tanah, pajak profesi, pajak orang asing, dan pajak eksploitasi sumber daya alam.
Pada masa Hayam Wuruk, aktivitas perdagangan dan pajak mata uang emas sudah mulai ditinggalkan. Menurut Poesponegoro dan Notosusanto, mata uang masa Hayam Wuruk memakai gobog, seperti uang kepeng Cina.
Lihat Juga :
tulis komentar anda