Hang Tuah dan Kesaktian Keris Taming Sari Menjaga Kesultanan Malaka
Sabtu, 12 November 2022 - 05:03 WIB
Hang Tuah merupakan pahlawan dan tokoh legendaris Melayu pada masa Kesultanan Malaka. Hang Tuah adalah pelaut dengan pangkat laksamana. Dia juga petarung hebat di laut maupun daratan.
Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyung, Melaka pada 1444. Bapaknya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu Wati. Bapaknya pernah menjadi hulubalang istana yang handal, begitu juga ibunya.
Dalam cerita Sulalatus Salatin dikisahkan, Hang Tuah adalah seorang nelayan miskin. Di masa mudanya, Hang Tuah beserta empat teman seperjuangan yakni Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit dan dua orang yang berjaya menghancurkan desa dengan amarahnya.
Baca juga: Kisah Cinta Raden Wijaya, Nikahi 4 Anak Kertanegara dan Putri Melayu Demi Kekuasaan
Bendahara atau yang sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang, dari Melaka mengetahui kehebatan mereka, dan mengambil mereka untuk berkerja di istana.
Dari sinilah Hang Tuah mendapatkan nama besar dan menjadi seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu, pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15, yakni di Kesultanan Melayu Melaka yang bermula pada abad ke-15. "Tak akan Melayu hilang di bumi," begitu sumpah Hang Tuah dalam Sulalatus Salatin.
Semasa ia bekerja di istana, Hang Tuah membunuh seseorang petarung dari Jawa, yang terkenal dengan sebutan Taming Sari. Dari kejadian inilah Hang Tuah tidak terlepas dengan Keris Taming Sari, senjata yang dikenal dimiliki Hang Tuah
Keris ini sendiri awalnya adalah keris yang dipunyai oleh Taming Sari. Hang Tuah mengambil keris ini dari Taming Sari, setelah dia berhasil mengalahkannya dalam sebuah pertempuran. Ketika Melaka diserang Portugis pun, Melaka meminta bantuan ke Kesultanan Demak penerus Majapahit setelah runtuh. H
Hang Tuah difitnah berzina dengan pelayan raja, dan di dalam keputusan yang cepat, raja menghukum mati laksamana yang tidak bersalah.
Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyung, Melaka pada 1444. Bapaknya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu Wati. Bapaknya pernah menjadi hulubalang istana yang handal, begitu juga ibunya.
Dalam cerita Sulalatus Salatin dikisahkan, Hang Tuah adalah seorang nelayan miskin. Di masa mudanya, Hang Tuah beserta empat teman seperjuangan yakni Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit dan dua orang yang berjaya menghancurkan desa dengan amarahnya.
Baca juga: Kisah Cinta Raden Wijaya, Nikahi 4 Anak Kertanegara dan Putri Melayu Demi Kekuasaan
Bendahara atau yang sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang, dari Melaka mengetahui kehebatan mereka, dan mengambil mereka untuk berkerja di istana.
Dari sinilah Hang Tuah mendapatkan nama besar dan menjadi seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu, pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15, yakni di Kesultanan Melayu Melaka yang bermula pada abad ke-15. "Tak akan Melayu hilang di bumi," begitu sumpah Hang Tuah dalam Sulalatus Salatin.
Semasa ia bekerja di istana, Hang Tuah membunuh seseorang petarung dari Jawa, yang terkenal dengan sebutan Taming Sari. Dari kejadian inilah Hang Tuah tidak terlepas dengan Keris Taming Sari, senjata yang dikenal dimiliki Hang Tuah
Keris ini sendiri awalnya adalah keris yang dipunyai oleh Taming Sari. Hang Tuah mengambil keris ini dari Taming Sari, setelah dia berhasil mengalahkannya dalam sebuah pertempuran. Ketika Melaka diserang Portugis pun, Melaka meminta bantuan ke Kesultanan Demak penerus Majapahit setelah runtuh. H
Hang Tuah difitnah berzina dengan pelayan raja, dan di dalam keputusan yang cepat, raja menghukum mati laksamana yang tidak bersalah.
tulis komentar anda