Kisah Sultan Haji, Raja Banten yang Mengudeta Sultan Ageng Tirtayasa karena Terhasut Bujukan VOC

Senin, 03 Oktober 2022 - 10:15 WIB
Politik Devide et Impera dilakukan VOC dengan menghasut putra mahkota Kesultanan Banten, Sultan Haji untuk mengkudeta ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Foto suasana pelabuhan Banten di masa VOC. Foto/Wikipedia
PENJAJAH Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sejak lama ingin menguasai wilayah Banten yang sangat strategis. Berbagai cara dan strategi licik pun dilakukan, hingga akhirnya berhasil membujuk dan menghasut Sultan Haji, putra mahkota Kesultanan Banten.

Politik Devide et Impera atau pecah belah dilakukan untuk memecah belah Kesultanan Banten. Putra mahkota Sultan Abu Nasr Abdul Kahar yang lebih dikenal dengan Sultan Haji jadi incaran VOC.



Saat itu, VOC berusaha mendekati Sultan Haji yang diangkat jadi pembantu ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa untuk mengurus masalah dalam negeri. Sementara masalah luar negeri dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa dan dibantu kakaknya, Pangeran Arya Purbaya.

Wakil VOC di Banten, W Caef pun menghasut Sultan Haji dengan mengembuskan isu bahwa penugasan yang diberikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa tidak adil dan merupakan upaya untuk menyingkirkan putra mahkota.



Terpengaruh isu dan provokasi VOC, Sultan Haji pun mulai bersekutu dengan VOC agar takhta kesultanan tidak jatuh ke tangan Pangeran Arya Purbaya. Hingga akhirnya Sultan Haji bisa berkuasa dengan dukungan VOC pada periode 1683-1687.

Perebutan takhta di Kesultanan Banten itu disebut dalam buku "Ensiklopedia Kerajaan Islam Di Indonesia," karya Binuko Amarseto.



Persekongkolan ini pun dilakukan oleh Sultan Haji setelah Sultan Ageng Tirtayasa lebih banyak tinggal di keraton Tirtayasa. VOC, yang sangat ingin menguasai Banten, bersedia membantu Sultan Haji untuk mendapatkan takhta kesultanan.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More