Kejayaan Sultan Ageng Tirtayasa Bangun Megaproyek Kanal Tanara ke Cisadane

Minggu, 27 Februari 2022 - 05:00 WIB
loading...
Kejayaan Sultan Ageng...
Kejayaan Sultan Ageng Tirtayasa Bangun Megaproyek Kanal Tanara ke Cisadane/Pemprov Banten
A A A
Sultan Ageng Tirtayasa membawa Kesultanan Banten mencapai masa kejayaan pada 1651–1683 dengan sejumlah megaproyek pembangunan kanal untuk pertanian. Selama masa kekuasaannya, Sultan Ageng Tirtayasa mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Banten dengan membuka sawah-sawah baru yang dibarengi pembangunan kanal untuk pengairan.

Orientalis Barat Claude Guillot dalam bukunya Banten: Sejarah dan Peradaban (Abad X-XVII) menuliskan, Sultan Ageng Tirtayasa membangun megaproyek kanal atau terusan selebar 6 meter dengan kedalaman 4 meter sepanjang sekitar 40 km dari Sungai Tanara (Cidurian) hingga ke Sungai Ontong Jawa (Cisadane) pada Oktober 1659. Sultan Ageng Tirtayasa membangun tiga bendungan untuk mengairi 40.000 hektare sawah baru. Ribuan hektare tanah diubah peruntukkannya menjadi kebun kelapa. Sultan Ageng Tirtayasa juga membangun dua kota baru dengan menjalankan program transmigrasi 30.000 penduduk.



Pada awal pemerintahan di tahun 1651, Sultan Ageng Tirtayasa membangun proyek infrastruktur penataan seluruh dataran rendah pantai yang luas, dari Anyer sampai Tangerang. Perkebunan kelapa yang luas dari ujung bagian paling timur Sungai Cisadane, dilanjutkan ke arah barat dengan penggalian kanal atau terusan sungai Tanara ke Sungai Pasilian hingga Teluk Banten. Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perbaikan jalur pengairan yang terbentang dari ibu kota sampai Anyer di Selat Sunda. Kebijakan yang berorientasi pada pengembangan pertanian ini, dimulai dengan membuat terusan dari Sungai Tanara (Cidurian) ke Sungai Ontong Jawa--beberepa literatur menyebut Untung Jawa-- (Cisadane).

Dalam menjalankan megaproyek infrastruktur di zamannya, Sultan Ageng Tirtayasa mengerahkan 26.000 pekerja. Proyek pembangunan infrastruktur ini dikomandoi syahbandarnya, yakni seorang Tionghoa muslim Cakradana, sehingga tak heran kenapa banyak pekerja Tionghoa yang terlibat dalam pembangunan kota baru, Tirtayasa.

Awal tahun 1659, perekonomian Kesultanan Banten mengalami pertumbuhan melesat. Kemakmuran rakyat benar-benar dirasakan. Pada periode 1659-1673, Kesultanan Banten menjadi satu-satunya pelabuhan internasional yang masih bebas beroperasi.

Pertumbuhan penduduk mencapai 300% dari 55.000 menjadi 150.000 orang, dalam waktu setengah abad. Di akhir pemerintahannya, penduduk Banten menjadi 231.000 orang. Antara tahun 1640-1665 memang pelabuhan-pelabuhan utama di Nusantara seperti Malaka, Makassar, Palembang sudah jatuh oleh VOC Belanda yang bermarkas di Batavia.

Kebijakan Sultan Ageng Tirtayasa dalam membangun sejumlah terusan atau kanal yang menghubungkan sejumlah sungai dengan permukiman dan lahan pertanian warga, membuat penduduk desa di daerah ini semakin memungkinkan untuk mengangkut padi mereka dan hasil bumi lainnya dengan mudah ke pusat kota.

Mufti Ali dalam buku Banten dan Manila, Hubungan Perdagangan 1663-1682 menyebutkan, Suktan Ageng Tirtayasa memerintahkan Pangeran Upahpati memulai megaproyek penggalian kanal pada 27 April 1663. Proyek ini menghubungkan Sungai Tanara (Cidurian) ke Sungai Pasilian (Cimanceuri) melalui Balaraja sepanjang 5-6 kilometer yang akan menyambung ke Sungai Cisadane. Pembangunan kanal yang dikerjakan sekitar 5.000 orang tersebut dilakukan pada September 1663 yang langsung dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa.



Selama tiga bulan, Sultan Ageng Tirtayasa tinggal di Pesanggrahan Tanara untuk mengawasi pelaksanaan pembagunan megaproyek kanal tersebut. Tahun berikutnya, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan pembangunan dua proyek pengairan parit pertahanan.

Di tahun 1664, Sultan Ageng juga memerintahkan pekerjanya untuk membuat lumbung di Tanara yang berkapasitas hingga 80 ton metrik padi. Pada Oktober 1670, pembangunan penggalian terusan baru dilakukan dari Pontang dan Tanara dari tepi laut hingga ke daratan.
Sultan Ageng mengawasi pembangunan terusan baru yang selesai pertengahan Desember 1670.

Pada 1673, Sultan Ageng Tirtasaya memesan 12 unit watermolentjes atau kincir angin dari Batavia untuk mempercepat pengairan sawah di Tanara. Tahun 1675-1677, Sultan Ageng memnjalankan proyek besar pem,bangunan bendungan di Sungai Pontang dan Ciujung serta penambahan terusan di sekitar Tirtayasa, dekat Tanara dan Anyer.
(aww)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2280 seconds (0.1#10.140)