Kemegahan Istana Mataram di Plered, Ada Danau Buatan hingga Bangunan Mewah
Selasa, 13 September 2022 - 07:05 WIB
Sultan Amangkurat I memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram . Pemindahan ini dilakukan Amangkurat I dari Karta ke Plered pada tahun 1647. Ia pindah dari keraton lama di Karta yang dibangun Sultan Agung (ayah Amangkurat I) antara tahun 1614 dan 1622, yang terbuat dari kayu.
Tetapi dikisahkan pada buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat III" Peri Mardiyono, istana Kerajaan Mataram di Plered di bangun dengan menggunakan bata. Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666. Letaknya di Pleret, Bantul, di sebelah timur laut Karta.
Keraton Plered ditinggalkan pada tahun 1680 oleh putera Amangkurat I, Sultan Amangkurat II, yang pindah ke Kartasura. Jadi sejak Amangkurat I memerintah dilanda ketidakstabilan dan huru-hara yang tak kunjung bisa dipadamkan, hingga Keraton Mataram terpaksa berpindah tempat.
Baca juga: Kisah Penyamaran Putri Gayatri dari Singosari Ketika Ditawan Musuh di Kediri
Pada pembangunan keraton, Amangkurat I mengerahkan sekitar 300 ribu orang untuk membangun istana megah dan bendungan di Plered. Titah raja Amangkurat I ini dituliskan pada Babad Tanah Jawi. Raja putra Sultan Agung yang baru saja naik tahta di Mataram itu ingin membangun istana sendiri. Ia bermaksud hendak meninggalkan Keraton Kerta yang selama bertahun-tahun, jadi pusat kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma, pemimpin terkuat Jawa pada masanya.
Konon di Istana Plered ini dibangun megah, di sinilah berdiri tegak istana besar nan mewah, disusun dengan batu bata dan dikelilingi air. Pembangunan Keraton Plered ini memakan waktu bertahun-tahun, melewati berbagai rintangan alam, hingga berdiri sebagai Keraton yang megah dan lebih kuat dibandingkan dengan keraton lama. Hal ini wajar mengingat bahan dasarnya yang terbuat dari batu bata, sebuah gaya arsitektur bangunan yang masih langka di abad 17.
Keraton Plered dilapisi tiga pintu gerbang utama. Ladx pintu gerbang pertama disebut Selimbi. Pada pintu gerbang ini berdiri dengan tegak sebuah benteng, yang dihuni oleh sekitar 1.500 - 1.600 orang. Benteng - benteng ini dijaga oleh para prajurit keraton. Siapa saja yang lewat gerbang dicatat oleh juru tulis. Setelah gerbang utama, ada gerbang kedua yang disebut gerbang pintu Tadi. Kemudian disusul pintu gerbang ketiga yang disebut Kaliajir. Pintu gerbang ketiga ini lebih pusat keraton.
Sekitar 1 - 1,5 mil dari pintu gerbang Selimbi, tampaklah alam Mataram yang subur, sawahnya sangat luas, hingga batasnya pun tidak tampak oleh pandangan mata. Desa - desa di Mataram juga sangat subur dan bisa ditemukan di sepanjang jalan. Di antara sawah - sawah yang membentang subur itu terdapat area perbukitan yang ditanami pepohonan dan aneka macam buah - buahan.
Baca juga: Kisah Mpu Sindok, Pendiri Kerajaan Medang Mataram yang Memindahkan Pusat Pemerintahan ke Jawa Timur
Tetapi dikisahkan pada buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat III" Peri Mardiyono, istana Kerajaan Mataram di Plered di bangun dengan menggunakan bata. Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666. Letaknya di Pleret, Bantul, di sebelah timur laut Karta.
Keraton Plered ditinggalkan pada tahun 1680 oleh putera Amangkurat I, Sultan Amangkurat II, yang pindah ke Kartasura. Jadi sejak Amangkurat I memerintah dilanda ketidakstabilan dan huru-hara yang tak kunjung bisa dipadamkan, hingga Keraton Mataram terpaksa berpindah tempat.
Baca juga: Kisah Penyamaran Putri Gayatri dari Singosari Ketika Ditawan Musuh di Kediri
Pada pembangunan keraton, Amangkurat I mengerahkan sekitar 300 ribu orang untuk membangun istana megah dan bendungan di Plered. Titah raja Amangkurat I ini dituliskan pada Babad Tanah Jawi. Raja putra Sultan Agung yang baru saja naik tahta di Mataram itu ingin membangun istana sendiri. Ia bermaksud hendak meninggalkan Keraton Kerta yang selama bertahun-tahun, jadi pusat kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma, pemimpin terkuat Jawa pada masanya.
Konon di Istana Plered ini dibangun megah, di sinilah berdiri tegak istana besar nan mewah, disusun dengan batu bata dan dikelilingi air. Pembangunan Keraton Plered ini memakan waktu bertahun-tahun, melewati berbagai rintangan alam, hingga berdiri sebagai Keraton yang megah dan lebih kuat dibandingkan dengan keraton lama. Hal ini wajar mengingat bahan dasarnya yang terbuat dari batu bata, sebuah gaya arsitektur bangunan yang masih langka di abad 17.
Keraton Plered dilapisi tiga pintu gerbang utama. Ladx pintu gerbang pertama disebut Selimbi. Pada pintu gerbang ini berdiri dengan tegak sebuah benteng, yang dihuni oleh sekitar 1.500 - 1.600 orang. Benteng - benteng ini dijaga oleh para prajurit keraton. Siapa saja yang lewat gerbang dicatat oleh juru tulis. Setelah gerbang utama, ada gerbang kedua yang disebut gerbang pintu Tadi. Kemudian disusul pintu gerbang ketiga yang disebut Kaliajir. Pintu gerbang ketiga ini lebih pusat keraton.
Sekitar 1 - 1,5 mil dari pintu gerbang Selimbi, tampaklah alam Mataram yang subur, sawahnya sangat luas, hingga batasnya pun tidak tampak oleh pandangan mata. Desa - desa di Mataram juga sangat subur dan bisa ditemukan di sepanjang jalan. Di antara sawah - sawah yang membentang subur itu terdapat area perbukitan yang ditanami pepohonan dan aneka macam buah - buahan.
Baca juga: Kisah Mpu Sindok, Pendiri Kerajaan Medang Mataram yang Memindahkan Pusat Pemerintahan ke Jawa Timur
tulis komentar anda