Kisah Penyamaran Putri Gayatri dari Singosari Ketika Ditawan Musuh di Kediri
loading...
A
A
A
Perang selalu menimbulkan duka mendalam, ketakutan dan dendam. Pilu dan duka dirasakan karena ditinggal selamanya oleh orang paling dicintai. Dendam pun tumbuh, diiringi rasa takut karena nyawa selau dincar maut.
Situasi seperti itu dialami Gayatri, Putri Raja Kertanagara, saat istana Kerajaan Singasari diluluhlantakkan oleh pasukan Jayakatwang. Gayatri sendiri menyaksikan kedua orang tuanya dihabisi oleh tentara Jayakatwang. Dia bersama sang pelayan pribadinya Sodrakala selamat, saat banyak orang Istana Singasari yang dibantai Jayakatwang, meski kemudian mereka diangkut jadi tawanan.
Melihat putri raja dalam bayang-bayang maut, Sodrakala membisiki Gayatri agar melakukan penyamaran selama ditawan musuh. Sodrakala meminta agar identitasnya sebagai anak raja tak diketahui. Sebab, bisa saja musuh menghabisi keturunan raja Kertanagara, agar kelak tidak ada aksi balas dendam. Baca Juga: Polisi Desa Zaliznychne, Ukraina Timur Selidiki Kejahatan Perang Oleh Tentara Rusia
Nasihat Sodrakala diterima. Selama berada di tempat tawanan, yaitu di Keraton Kediri, Gayatri yang ditempatkan di bangsal perempuan tersebut melakukan penyamaran. Dikutip dari buku "Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" karya Earl Drake, disebutkan bahwa Gayatri berhasil menyembunyikan indentitasnya sebagai putri raja.
Tak satupun musuh yang mencurigai bahwa itu putri raja. Bahkan Ratu Kediri menaruh perhatian terhadap Gayatri yang masih berusia muda. Gayatri juga diperkenalkan kepada putri raja Kediri yang ternyata masih seumuran dengannya. Sang putri pun menyambut Gayatri.
Karena tak ada kecurigaan, pihak musuh tidak pernah mempertanyakan lebih jauh asal usul Gayatri. Singaktnya, dia menyamar sambil mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
Setelah menghancurkan istana Singasari, Jayakatwang terus memburu pasukan yang masih tersisa. Pangeran Wijaya yang terpaksa mundur ke Sungai Brantas juga dikejar. Terdesak pasukan Jayakatwang, Pangeran Wijaya bersama pengikut setianya harus bertaruh nyawa menyeberan Sungai Berantas. Di sini sang pangeran menelan kenyataan pahit. Sebagian besar pasukannya yang tak seberapa jumlahnya tenggelam terseret arus di sungai ini.
Sebagian lagi berhasil ditangkap oleh pasukan Jayakatwang. Sisanya yang berhasil menyeberang, lari kocar-kacir menyelamatkan dirinya dari kejaran pasukan Jayakatwang. Pangeran Wijaya sendiri sedikit beruntung. Ia diselamatkan oleh seorang kepala desa yang memberinya tumpangan perlindungan, makan dan minum. Sang pangeran disembunyikan oleh kepala desa tersebut dari musuh-musuh yang masih berkeliaran mengejar Pangeran Wijaya.
Merasa tidak nyaman, Pangeran Wijaya akhirnya memutuskan kabur ke Pulau Madura. Di sana, dia menemui Bupati Madura Arya Wiraraja. Bupati ini sebelumnya merupakan pejabat istana Singasari yang dilengser oleh Kertanagara. Arya Wiraraja sosok yang licik dan suka berkomplot ke sana kemari.
Situasi seperti itu dialami Gayatri, Putri Raja Kertanagara, saat istana Kerajaan Singasari diluluhlantakkan oleh pasukan Jayakatwang. Gayatri sendiri menyaksikan kedua orang tuanya dihabisi oleh tentara Jayakatwang. Dia bersama sang pelayan pribadinya Sodrakala selamat, saat banyak orang Istana Singasari yang dibantai Jayakatwang, meski kemudian mereka diangkut jadi tawanan.
Melihat putri raja dalam bayang-bayang maut, Sodrakala membisiki Gayatri agar melakukan penyamaran selama ditawan musuh. Sodrakala meminta agar identitasnya sebagai anak raja tak diketahui. Sebab, bisa saja musuh menghabisi keturunan raja Kertanagara, agar kelak tidak ada aksi balas dendam. Baca Juga: Polisi Desa Zaliznychne, Ukraina Timur Selidiki Kejahatan Perang Oleh Tentara Rusia
Nasihat Sodrakala diterima. Selama berada di tempat tawanan, yaitu di Keraton Kediri, Gayatri yang ditempatkan di bangsal perempuan tersebut melakukan penyamaran. Dikutip dari buku "Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" karya Earl Drake, disebutkan bahwa Gayatri berhasil menyembunyikan indentitasnya sebagai putri raja.
Tak satupun musuh yang mencurigai bahwa itu putri raja. Bahkan Ratu Kediri menaruh perhatian terhadap Gayatri yang masih berusia muda. Gayatri juga diperkenalkan kepada putri raja Kediri yang ternyata masih seumuran dengannya. Sang putri pun menyambut Gayatri.
Karena tak ada kecurigaan, pihak musuh tidak pernah mempertanyakan lebih jauh asal usul Gayatri. Singaktnya, dia menyamar sambil mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
Setelah menghancurkan istana Singasari, Jayakatwang terus memburu pasukan yang masih tersisa. Pangeran Wijaya yang terpaksa mundur ke Sungai Brantas juga dikejar. Terdesak pasukan Jayakatwang, Pangeran Wijaya bersama pengikut setianya harus bertaruh nyawa menyeberan Sungai Berantas. Di sini sang pangeran menelan kenyataan pahit. Sebagian besar pasukannya yang tak seberapa jumlahnya tenggelam terseret arus di sungai ini.
Sebagian lagi berhasil ditangkap oleh pasukan Jayakatwang. Sisanya yang berhasil menyeberang, lari kocar-kacir menyelamatkan dirinya dari kejaran pasukan Jayakatwang. Pangeran Wijaya sendiri sedikit beruntung. Ia diselamatkan oleh seorang kepala desa yang memberinya tumpangan perlindungan, makan dan minum. Sang pangeran disembunyikan oleh kepala desa tersebut dari musuh-musuh yang masih berkeliaran mengejar Pangeran Wijaya.
Merasa tidak nyaman, Pangeran Wijaya akhirnya memutuskan kabur ke Pulau Madura. Di sana, dia menemui Bupati Madura Arya Wiraraja. Bupati ini sebelumnya merupakan pejabat istana Singasari yang dilengser oleh Kertanagara. Arya Wiraraja sosok yang licik dan suka berkomplot ke sana kemari.