Penampakan Rumah Kelahiran Mohammad Natsir, Pahlawan Nasional asal Solok

Sabtu, 06 Agustus 2022 - 16:38 WIB
Bahkan sebelum dipasangkan papan nama rumah kelahiran M Natsir oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) sudah banyak yang berkunjung, baik dari dalam maupun luar negeri hanya sekadar mengenang sejarah kelahiran M Natsir.

"Sekarang sudah dipasangkan papan petunjuk sebagai rumah kelahiran M Natsir sehingga memudahkan siapa pun yang berkunjung ke sini," kata Tuti Murniati.

Sebagai salah satu pahlawan nasional, cukup beragam catatan sejarah yang dapat direkam dari Mohammad Nastir.

Mohammad Natsir yang lahir 17 Juli 1908 merupakan adalah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia.

Di dalam negeri, ia pernah menjabat Menteri Penerangan dan Perdana Menteri (PM) Indonesia, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Natsir lahir dan dibesarkan di Solok, sebelum akhirnya pindah ke Bandung, Jawa Barat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik berideologi Islam.

Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham dengan Presiden Soekarno, ia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan Islam di Indonesia.

Natsir kemudian terlibat pemberontakan PRRI, yang membuatnya sempat dipenjara. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin Soeharto hingga membuatnya dicekal.

Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain.

Ia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More