Kisah Putri Gading Cempaka, Keturunan Majapahit yang Kecantikannya Memicu Tragedi Berdarah

Senin, 01 Agustus 2022 - 05:00 WIB
Kedua saudara itu sangat akrab. Bahkan, rakyat di kedua kerajaan itu hidup damai berdampingan. Penduduk di Kerajaan Sungai Serut, bisa dengan bebas berkunjung ke wilayah Kerajaan Pinang Mawang, demikian juga sebaliknya.

Sementara dalam bukunya, Saksono Prijanto menyebutkan, putra pertama Raja Ratu Agung adalah Raden Cili. Raden Cili yang kala ayahnya belum mangkat, sudah berumah tangga, menolak dinobatkan menjadi raja untuk menggantikan Raja Ratu Agung.

Putra kedua Raja Ratu Agung, adalah Manuk Mincor. Dia adalah seorang pemuda yang gagah berani, dan amat sopan. Manuk Minear memiliki adik bernama Lumang Batu. Dialah yang selalu memperhatikan kepentingan adik perempuannya yang bernama Ratna Buih.



Lumang Batu memiliki adik bernama Rajuk Rompong. Dia sering dipanggil dengan sebutan Baja Rompong. Adik Rajuk Rompong bernama Rindang Papan, dan selalu banyak mengalah kepada enam saudaranya. Rindang Papan senang berkelana dan berkeliling negeri untuk mengetahui lebih dekat kehidupan masyarakat Kerajaan Sungai Serut.

Putra Raja Ratu Agung yang keenam adalah Anak Dalam. Dia dikenal memiliki ketampanan dan badan yang tinggi tegap. Anak Dalam selalu menjadi idola para remaja putri, dan sebagian besar masyarakat Kerajaan Sungai Serut. Anak Dalam sering dipanggil oleh orang tuanya, dengan sebutan Muara Bengkulu.

Sementara putri bungsu Raja Ratu Agung, memiliki nama Ratna Buih. Dikenal sangat cantik jelita. Ratna Buih memiliki banyak julukan, saat anak-anak dipanggil dengan nama Rendung Nipis, dan ketika mulai beranjak remaja diberi nama Putri Gading Cempaka.

Usai tragedi peperangan dengan pasukan Raja Muda Ahmad dari Kerajaan Aceh, dan penculikan Putri Gading Cempaka. Keturunan Raja Ratu Agung memilih untuk hidup mengasingkan diri di Gunung Bungkuk. Sementara Kerajaan Sungai Serut, dikuasai oleh empat bangsawan.

Dalam perjalanannya, empat bangsawan ini mampu secara bertahap memulihkan kondisi Kerajaan Sungai Serut yang telah porak-poranda akibat perang. Namun, keempat bangsawan ini akhirnya terlibat konflik sengit, karena pembagian kekuasaan.



Di tengah kekalutan yang menyengsarakan rakyat tersebut, datanglah Maharaja Sakti dari Pagaryung. Pemuda tampan dan sopan ini, memikat hati rakyat yang tinggal di Kerajaan Sungai Serut. Bahkan, konflik empat bangsawan mampu diredamnya.

Melihat Raja Sakti yang bijak, dan mampu membuat kedamaian di tanah Bengkulu, akhirnya rakyat dan empat bangsawan meminta kepada Maharaja Diraja Pagaruyung, agar Raja Sakti diizinkan menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut.

Setelah dilantik menjadi raja, Raja Sakti memimpin kerajaannya yang diberi nama Kerajasaan Sungai Limau. Dalam bukunya, Saksono Prijanto menyebut, Raja Sakti belum bersedia dibangunkan istana, karena belum memiliki permaisuri.

Di tengah menjalankan tugas sebagai raja, Raja Sakti diberitahu oleh para menterinya, bahwa ada putri dari Kerajaan Sungai Serut, yang hingga kini masih diliputi kesedihan karena ditinggalkan kedua kakaknya. Putri tersebut adalah Putri Gading Cempaka, yang tinggal bersama empat kakaknya di Istana Gunung Bungkuk.

Upaya mendekati Putri Gading Cempaka, untuk mengobati luka batin yang mendalam, akhirnya dilakukan Raja Sakti. Namun upaya itu tidaklah mudah, meskipun keempat kakak Putri Gading Cempaka telah menyetujui kehadiran Raja Sakti.



Dengan isak tangis, Putri Gading Cempaka mengajukan sejumlah syarat untuk bersedia dipinang oleh Raja Sakti. Yakni, harus dibangunkan istana peranginan lengkap dengan isinya. Dia juga minta dibuatkan jalan dari Gunung Bungkuk, ke Selebar sehingga bisa dilintasi kereta penjemputan.

Semua persyaratan itu akhirnya disetujui, dan rakyat dari Kerajaan Sungai Serut yang telah berganti menjadi Kerajaan Sungai Limau, menyambutnya dengan suka cita. Mereka bekerjasama mewujudkan semua permintaan Putri Gading Cempaka.

Saat seluruh permintaan itu telah mampu dipenuhi, akhirnya Raja Sakti bisa mempersunting Putri Gading Cempaka atas restu keempat kakaknya, termasuk Raja Anak Dalam Muara Bengkulu. Pernikahan Raja Sakti dengan Putri Gading Cempaka, berlangsung begitu meriah, seluruh rakyat berbahagia.

Pernikahan tersebut, juga membuat rakyat Sungai Serut dengan rakyat Sungai Limau bersatu kembali. Mereka begitu bangga dan bahagia memiliki raja dan permaisuri yang masih muda, pandai bergaul dengan rakyat. Pasangan suami istri Raja Sakti, dan Outri Gading Cempaka dikaruniai seorang putra bernama Arya Bago. Putra mahkota tersebut, yang akhirnya menggantikan Raja Sakti sebagai raja di Kerajaan Sungai Limau.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More