Misteri Mahapatih Gajah Mada Meditasi di Pertapaan Madakaripura hingga Moksa

Minggu, 19 Juni 2022 - 07:04 WIB
Misteri menyelimuti akhir hidup Mahapatih Gajah Mada yang dikisahkan melakukan meditasi terakhir dan moksa di Madakaripura, Probolinggo Jawa Timur. Foto/Ist
Misteri menyelimuti akhir hidup Mahapatih Gajah Mada yang dikisahkan melakukan meditasi terakhir dan moksa (menghilang dari muka bumi) di kawasan Madakaripura, Probolinggo, Jawa Timur. Mahapatih Kerajaan Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara dengan Sumpah Palapa ini menyucikan diri dengan bertapa demi mencapai moksa.



Air terjun di kawasan Madakaripura di Probolinggo, Jawa Timur diduga merupakan tempat Mahapatih Gajah Mada melakukan meditasi terakhir hingga akhirnya moksa. Foto/Ist

Kawasan Madakaripura disebutkan dalam kitab Negarakertagama merupakan hadiah Raja Majapahit, Hayam Wuruk yang diberikan untuk Mahapatih Gajah Mada. Patung Mahapatih Gajah Mada pun dibangun di dekat lokasi air terjun.





Air terjun di kawasan Madakaripura dipercaya oleh sejumlah masyarakat di sekitar lokasi sebagai tempat untuk meditasi terakhir hingga akhirnya mencapai moksa. Sehingga tak mengherankan jika banyak orang yang datang untuk bermeditasi, khususnya pada hari-hari yang dikeramatkan.

Aliran air di terjun Madakaripura konon tak pernah berhenti mengalir. Oleh karenanya, lokasi Mahapatih Gajah Mada bersemedi ini disebut juga sebagai air terjun abadi. Air terjun Madakaripura berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.



Maha Patih Gajah Mada dikisahkan melakukan meditasi terakhir dan moksa di kawasan Madakaripura, Probolinggo. Foto/Wikipedia

Jika benar apa yang disampaikan Empu Prapanca dalam kitab Negarakertagama itu, maka sesungguhnya tidak ada keraguan soal di mana Gajah Mada menghabiskan sisa hidupnya setelah tidak menjadi Mahapatih. Juga akhir hidupnya di pertapaan Madakaripura setidaknya sedikit menjawab pertanyaan terkait asal usul Gajah Mada.

Dalam lontar Badad Gajah Maddha diceritakan bahwa orangtua Gajah Mada adalah pendeta hindu di Wilatikta (Majapahit). Ayahnya bernama Mpu Curadharmayogi dan ibunya bernama Patni Nuriratih, keduanya diangkat menjadi pendeta oleh Mpu Ragarunting.



Dalam aturan yang berlaku untuk pendeta, kedua pasangan ini dilarang bersetubuh meski sudah berstatus nikah. Selanjutnya Curadharmayogi memilih berdomisili di luar Wilatikta, di asrama Gili Madri, sedangkan Patni Nariratih berdomisili di Wilatikta.

Meski terpisah, namun keduanya intens bertemu. Patni setiap hari mengunjungi sang suami untuk mengantarkan sarapan dan kebutuhan harian lainnya. Hingga pada suatu hari kejadian tidak biasa terjadi di antara keduanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More