Kisah Depati Amir, Bajak Laut Pemersatu Warga Melayu dan Tionghoa Melawan Belanda

Minggu, 17 April 2022 - 05:17 WIB
Perlawanan yang dikabarkan Depati Amir menjadi sangat hebat. Maka menjadi wajar jika Belanda kewalahan dan meminta bantuan militer dari Palembang dan Batavia. Perang dengan Belanda pun akhirnya berkecamuk dan meluas.

Pertempuran hebat, terjadi pada Desember 1848, di beberapa tempat seperti Lukok, Cepurak, Mendara, Memadai, Ampang dan Tadjaubelah, di mana Depati Amir memimpin langsung perlawanan.

Dalam bertempur, Depati Amir banyak belajar dari ayahnya. Dia menerapkan taktik perang gerilya yang amat menyulitkan pihak militer Belanda, ditambah lagi pasukan pemerintah Hindia-Belanda mendapat serangan penyakit Demam Bangka.

Hal yang kurang diperhatikan Depati Amir adalah pengkhianatan. Belanda yang tidak punya malu menerapkan taktik kotor ini dengan memberikan uang ganjaran 1.000 dollar Spanyol kepada 7 orang pimpinan dan 36 anggota barisannya.



Di tengah perang gerilya, kondisi fisik Depati Amir mulai menurun. Dia mulai terserang sakit. Di tengah kondisi kurang logistik dan kelelahan fisik itulah, pada 7 Januari 1851, Depati Amir tertangkap di Distrik Sungaiselan.

Depati Amir, beserta keluarga dan pengikutnya lalu diasingkan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 28 Februari 1851. Dia meninggal pada 28 September 1869, dan dimakamkan di pemakaman muslim Batukadera, Kupang.

Sampai di sini ulasan Cerita Pagi, semoga bermanfaat.

Sumber tulisan:

1. Nurdiansyah Dalidjo, Rumah di Tanah Rempah, Penjelajahan Memaknai Rasa dan Aroma Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Buku Elektronik.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content