ITS Kenalkan Massive, Alat Deteksi Ikan Buat Para Nelayan
Kamis, 18 Juni 2020 - 08:57 WIB
Dista Rizky Dwi Yanti, salah satu mahasiswa lainnya mengatakan, cara kerja alat buatannya ini memiliki dua bagian. Pertama alat yang diletakkan di atas kapal dan satunya diletakkan di lautan. Nantinya alat ini mendeteksi lokasi ikan berdasarkan kecepatan arus air dan angin. "Sensor yang akan bekerja, nelayan tinggal memonitor dari atas kapal," jelasnya.
Untuk pembuatan alat ini, katanya, pihaknya menggunakan metode software pemrograman. "Kami hanya menggunakan arduino ide (software untuk membuat, mengedit, mevalidasi kode program, dan mengunggah ke papan Arduino berupa teks editor, red)," ungkapnya.
(Baca juga: Curi Uang Rp13 Juta di Pasar, Ibu Rumah Tangga Dimassa )
Alat ini, lanjutnya, dilengkapi dengan beberapa komponen seperti anemometer untuk mendeteksi kecepatan angin, sonar untuk mendeteksi keberadaan ikan, dan radio frekuensi module (xbee) sebagai media transfer data dari sensor ke monitor. "Tanpa menggunakan kabel lagi, tetapi tetap butuh sinyal," ucapnya.
Dalam pembuatan alat ini, menurutnya, banyak lika-liku yang terjadi. Mulai dari susah mencari sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang ini sampai proses uji coba produk sensor di perairan lepas. Selain itu juga terkendala dalam hal bahan baku. "Harga bahan baku alat relatif cukup mahal," katanya.
Untuk pembuatan alat ini, katanya, pihaknya menggunakan metode software pemrograman. "Kami hanya menggunakan arduino ide (software untuk membuat, mengedit, mevalidasi kode program, dan mengunggah ke papan Arduino berupa teks editor, red)," ungkapnya.
(Baca juga: Curi Uang Rp13 Juta di Pasar, Ibu Rumah Tangga Dimassa )
Alat ini, lanjutnya, dilengkapi dengan beberapa komponen seperti anemometer untuk mendeteksi kecepatan angin, sonar untuk mendeteksi keberadaan ikan, dan radio frekuensi module (xbee) sebagai media transfer data dari sensor ke monitor. "Tanpa menggunakan kabel lagi, tetapi tetap butuh sinyal," ucapnya.
Dalam pembuatan alat ini, menurutnya, banyak lika-liku yang terjadi. Mulai dari susah mencari sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang ini sampai proses uji coba produk sensor di perairan lepas. Selain itu juga terkendala dalam hal bahan baku. "Harga bahan baku alat relatif cukup mahal," katanya.
(eyt)
tulis komentar anda