ITS Kenalkan Massive, Alat Deteksi Ikan Buat Para Nelayan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Peranan teknologi memberikan pengaruh besar bagi para nelayan. Selain alat deteksi ombak besar, saat ini juga ada alat yang bisa mendeteksi keberadaan ikan. Sehingga para nelayan bisa memperoleh hasil tangkapan yang maksimal.
(Baca juga: Arsenal Dicukur Manchester City, David Luiz Sumber Masalah )
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat sebuah teknologi bernama Massive. Alat ini mampu melakukan pendeteksi lokasi ikan atau biasa disebut fish finder dengan kemampuan menunjukkan kondisi di perairan secara real time.
Tiga mahasiswa yang digawangi Muhammad Azimt, Dista Rizky Dwi Yanti, dan Alfi Rahmawati ini melakukan inovasi yang bisa membantu para nelayan. Di laut, para nelayan bisa tetap mengutamakan keselamatan ketika melaut dan membawa pulang tangkapan yang banyak.
Ketua Tim Penelitian Massive, Muhammad Azimt menuturkan, pembuatan Massive dilatarbelakangi oleh masalah nelayan yang tidak pernah usai dalam melakukan pencarian ikan di lautan Indonesia. “Banyak nelayan yang dapat ikan sedikit. Tangkapan ikan itu tidak menentu, susah diprediksi katanya,” ujar Azimt, Kamis (18/6/2020).
Ia melanjutkan, alat ini tidak seperti alat pendeteksi ikan lainnya yang mahal. Alatnya bisa digunakan oleh nelayan-nelayan kecil karena secara harga dapat dijangkau, sehingga konsumsi pasar ikan lokal bisa meningkat.
(Baca juga: Roket Milik Start Up Skotlandia Berhasil Mengudara )
Selama ini fish finder masih digunakan sebatas di kapal-kapal besar dan buatan asing. Namun alat ini hadir sebagai alternatif kelompok paguyuban nelayan. Meskipun alternatif, fungsinya sama-sama digunakan untuk mencari ikan di kedalaman laut.
"Bedanya, alat kami tidak bisa mencapai palung laut seperti fish finder buatan asing umumnya," katanya.
Dista Rizky Dwi Yanti, salah satu mahasiswa lainnya mengatakan, cara kerja alat buatannya ini memiliki dua bagian. Pertama alat yang diletakkan di atas kapal dan satunya diletakkan di lautan. Nantinya alat ini mendeteksi lokasi ikan berdasarkan kecepatan arus air dan angin. "Sensor yang akan bekerja, nelayan tinggal memonitor dari atas kapal," jelasnya.
Untuk pembuatan alat ini, katanya, pihaknya menggunakan metode software pemrograman. "Kami hanya menggunakan arduino ide (software untuk membuat, mengedit, mevalidasi kode program, dan mengunggah ke papan Arduino berupa teks editor, red)," ungkapnya.
(Baca juga: Curi Uang Rp13 Juta di Pasar, Ibu Rumah Tangga Dimassa )
Alat ini, lanjutnya, dilengkapi dengan beberapa komponen seperti anemometer untuk mendeteksi kecepatan angin, sonar untuk mendeteksi keberadaan ikan, dan radio frekuensi module (xbee) sebagai media transfer data dari sensor ke monitor. "Tanpa menggunakan kabel lagi, tetapi tetap butuh sinyal," ucapnya.
Dalam pembuatan alat ini, menurutnya, banyak lika-liku yang terjadi. Mulai dari susah mencari sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang ini sampai proses uji coba produk sensor di perairan lepas. Selain itu juga terkendala dalam hal bahan baku. "Harga bahan baku alat relatif cukup mahal," katanya.
(Baca juga: Arsenal Dicukur Manchester City, David Luiz Sumber Masalah )
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat sebuah teknologi bernama Massive. Alat ini mampu melakukan pendeteksi lokasi ikan atau biasa disebut fish finder dengan kemampuan menunjukkan kondisi di perairan secara real time.
Tiga mahasiswa yang digawangi Muhammad Azimt, Dista Rizky Dwi Yanti, dan Alfi Rahmawati ini melakukan inovasi yang bisa membantu para nelayan. Di laut, para nelayan bisa tetap mengutamakan keselamatan ketika melaut dan membawa pulang tangkapan yang banyak.
Ketua Tim Penelitian Massive, Muhammad Azimt menuturkan, pembuatan Massive dilatarbelakangi oleh masalah nelayan yang tidak pernah usai dalam melakukan pencarian ikan di lautan Indonesia. “Banyak nelayan yang dapat ikan sedikit. Tangkapan ikan itu tidak menentu, susah diprediksi katanya,” ujar Azimt, Kamis (18/6/2020).
Ia melanjutkan, alat ini tidak seperti alat pendeteksi ikan lainnya yang mahal. Alatnya bisa digunakan oleh nelayan-nelayan kecil karena secara harga dapat dijangkau, sehingga konsumsi pasar ikan lokal bisa meningkat.
(Baca juga: Roket Milik Start Up Skotlandia Berhasil Mengudara )
Selama ini fish finder masih digunakan sebatas di kapal-kapal besar dan buatan asing. Namun alat ini hadir sebagai alternatif kelompok paguyuban nelayan. Meskipun alternatif, fungsinya sama-sama digunakan untuk mencari ikan di kedalaman laut.
"Bedanya, alat kami tidak bisa mencapai palung laut seperti fish finder buatan asing umumnya," katanya.
Dista Rizky Dwi Yanti, salah satu mahasiswa lainnya mengatakan, cara kerja alat buatannya ini memiliki dua bagian. Pertama alat yang diletakkan di atas kapal dan satunya diletakkan di lautan. Nantinya alat ini mendeteksi lokasi ikan berdasarkan kecepatan arus air dan angin. "Sensor yang akan bekerja, nelayan tinggal memonitor dari atas kapal," jelasnya.
Untuk pembuatan alat ini, katanya, pihaknya menggunakan metode software pemrograman. "Kami hanya menggunakan arduino ide (software untuk membuat, mengedit, mevalidasi kode program, dan mengunggah ke papan Arduino berupa teks editor, red)," ungkapnya.
(Baca juga: Curi Uang Rp13 Juta di Pasar, Ibu Rumah Tangga Dimassa )
Alat ini, lanjutnya, dilengkapi dengan beberapa komponen seperti anemometer untuk mendeteksi kecepatan angin, sonar untuk mendeteksi keberadaan ikan, dan radio frekuensi module (xbee) sebagai media transfer data dari sensor ke monitor. "Tanpa menggunakan kabel lagi, tetapi tetap butuh sinyal," ucapnya.
Dalam pembuatan alat ini, menurutnya, banyak lika-liku yang terjadi. Mulai dari susah mencari sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang ini sampai proses uji coba produk sensor di perairan lepas. Selain itu juga terkendala dalam hal bahan baku. "Harga bahan baku alat relatif cukup mahal," katanya.
(eyt)