Batu Lonceng di Suntenjaya Lembang, Jejak Peninggalan Raja Padjadjaran yang Dikeramatkan
Minggu, 27 Februari 2022 - 04:45 WIB
BANDUNG BARAT - Keberadaan Batu Lonceng di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), secara turun temurun begitu dikeramatkan oleh masyarakat sekitarnya.
Situs Batu Lonceng diyakini sebagai peninggalan bersejarah di daerah Lembang yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan dari Galuh Padjadjaran yang kala itu rajanya dikenal dengan nama Ciungwanara.
Baca juga: Papan Reklame Raksaksa di Kota BandungTumbang dan Melukai 2 Orang
Pamong Budaya Ahli Muda Sub Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), KBB, Asep Diki Hidayat mengatakan, kawasan Desa Suntenjaya merupakan salah satu tempat yang pernah dikunjungi Ciungwanara.
Masyarakat sekitar biasa menyebut Ciungwanara dengan nama Sunan Dalem Margataka. Desa Suntenjaya atau lebih tepatnya sekarang dikenal dengan Keramat Batu Lonceng, merupakan daerah perbukitan yang sejuk karena ada di kawasan Bandung Utara.
"Keramat Batu Lonceng merupakan sebutan masyarakat Desa Suntenjaya untuk sebongkah batu yang dikeramatkan. Bentuknya mirip tubuh manusia yang tengah bersemedi atau bertapa," terangnya, Sabtu (26/2/2022).
Dia menjelaskan, Batu Lonceng dikeramatkan karena masyarakat dulunya meyakini jika batu itu dapat mengeluarkan suara lonceng dan bersinar. Batu Lonceng disebutkan merupakan prasasti peninggalan kerajaan Padjadjaran yang ditemukan sekitar abad ke-16.
"Bentuknya berupa batu seperti lonceng dengan diameter 80 cm dan tinggi 50 cm. Posisi objek tersebut berada di timur laut atau sekitar 22 kilometer dari Ibu Kota KBB di Ngamprah dan berada pada area bukit seluas 250 meter," sebutnya.
Di kawasan tersebut juga terdapat makam atau patilasan Ciungwanara yang ditandai dengan adanya pohon besar (kalimorot). Tidak jauh dari makam ada juga batu berbentuk pipih seperti pegangan kujang, sehingga masyarakat sekitar sering menyebutnya Batu Kujang.
"Masyarakat mengartikan Batu Kujang sebagai senjata, temasuk juga Batu Lonceng yang dianggap sebagai sebuah gada," pungkasnya.
Situs Batu Lonceng diyakini sebagai peninggalan bersejarah di daerah Lembang yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan dari Galuh Padjadjaran yang kala itu rajanya dikenal dengan nama Ciungwanara.
Baca juga: Papan Reklame Raksaksa di Kota BandungTumbang dan Melukai 2 Orang
Pamong Budaya Ahli Muda Sub Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), KBB, Asep Diki Hidayat mengatakan, kawasan Desa Suntenjaya merupakan salah satu tempat yang pernah dikunjungi Ciungwanara.
Masyarakat sekitar biasa menyebut Ciungwanara dengan nama Sunan Dalem Margataka. Desa Suntenjaya atau lebih tepatnya sekarang dikenal dengan Keramat Batu Lonceng, merupakan daerah perbukitan yang sejuk karena ada di kawasan Bandung Utara.
"Keramat Batu Lonceng merupakan sebutan masyarakat Desa Suntenjaya untuk sebongkah batu yang dikeramatkan. Bentuknya mirip tubuh manusia yang tengah bersemedi atau bertapa," terangnya, Sabtu (26/2/2022).
Dia menjelaskan, Batu Lonceng dikeramatkan karena masyarakat dulunya meyakini jika batu itu dapat mengeluarkan suara lonceng dan bersinar. Batu Lonceng disebutkan merupakan prasasti peninggalan kerajaan Padjadjaran yang ditemukan sekitar abad ke-16.
"Bentuknya berupa batu seperti lonceng dengan diameter 80 cm dan tinggi 50 cm. Posisi objek tersebut berada di timur laut atau sekitar 22 kilometer dari Ibu Kota KBB di Ngamprah dan berada pada area bukit seluas 250 meter," sebutnya.
Di kawasan tersebut juga terdapat makam atau patilasan Ciungwanara yang ditandai dengan adanya pohon besar (kalimorot). Tidak jauh dari makam ada juga batu berbentuk pipih seperti pegangan kujang, sehingga masyarakat sekitar sering menyebutnya Batu Kujang.
"Masyarakat mengartikan Batu Kujang sebagai senjata, temasuk juga Batu Lonceng yang dianggap sebagai sebuah gada," pungkasnya.
(msd)
tulis komentar anda