4 Tempat Angker di Jakarta Barat, Nomor 2 Ada Penampakan Noni Belanda
Selasa, 22 Februari 2022 - 14:32 WIB
Bangunan Gedong Tinggi yang dibangun dengan gaya Eropa merupakan peninggalan kolonial Belanda. Gedung ini memiliki dua lantai. Lantai satu merupakan wilayah yang paling luas, sedangkan lantai dua dibiarkan kosong karena sudah rapuh.
Saat ini bangunan tersebut berubah fungsi menjadi Polsek Palmerah, Polres Metro Jakarta Barat. Beberapa anggota polisi di sana kerap diganggu oleh sejumlah penunggu dengan wujud wanita berpakaian putih seperti noni Belanda.
Bahkan beberapa polisi yang tidur saat piket malam seringmengalami kejadian aneh, seperti dilempari, lampu yang nyala dan mati, serta mendengar suara-suara. Untuk mengurangi kesan angker, lampu-lampu yang ada di semua ruangan tidak pernah dimatikan. Semua sisi ruangan yang terdapat jendela juga dibuka, sekaligus untuk sirkulasi udara.
3. Kali Angke
Kali Angke masuk wilayah Jakarta Barat dengan hulu berada di Tangerang Selatan, Banten. Pada zaman kolonial Belanda, lokasi ini menjadi salah satu tempat peristiwa pembunuhan etnis Tionghoa di Indonesia.
Pembantaian terjadi pada tahun 1740, berawal dari peristiwa bangkrutnya pabrik-pabrik gula di Batavia. Gula dari Batavia itu kalah saing dengan gula Malabar (India). Ribuan karyawan perkebunan dan pabrik gula yang merupakan etnis Tionghoa pun banyak yang dipecat.
Hal itu menyebabkan terjadinya pengangguran dan banyak yang menjadi pelaku kriminal. Gubernur Batavia saat itu lantas membatasi warga Tionghoa karena angka kriminalitas yang tinggi. Aksi razia dilakukan dan warga yang tidak punya surat izin tinggal atau usaha ditangkap.
Kemudian pemerintah Belanda mengeluarkan perintah membunuh orang-orang Tionghoa. Pembantaian itu terjadi di Kali Angke. Dulu kali itu berwarna merah karena bercampur darah-darah warga Tionghoa yang menjadi korban.
Saat ini bangunan tersebut berubah fungsi menjadi Polsek Palmerah, Polres Metro Jakarta Barat. Beberapa anggota polisi di sana kerap diganggu oleh sejumlah penunggu dengan wujud wanita berpakaian putih seperti noni Belanda.
Bahkan beberapa polisi yang tidur saat piket malam seringmengalami kejadian aneh, seperti dilempari, lampu yang nyala dan mati, serta mendengar suara-suara. Untuk mengurangi kesan angker, lampu-lampu yang ada di semua ruangan tidak pernah dimatikan. Semua sisi ruangan yang terdapat jendela juga dibuka, sekaligus untuk sirkulasi udara.
3. Kali Angke
Kali Angke masuk wilayah Jakarta Barat dengan hulu berada di Tangerang Selatan, Banten. Pada zaman kolonial Belanda, lokasi ini menjadi salah satu tempat peristiwa pembunuhan etnis Tionghoa di Indonesia.
Pembantaian terjadi pada tahun 1740, berawal dari peristiwa bangkrutnya pabrik-pabrik gula di Batavia. Gula dari Batavia itu kalah saing dengan gula Malabar (India). Ribuan karyawan perkebunan dan pabrik gula yang merupakan etnis Tionghoa pun banyak yang dipecat.
Hal itu menyebabkan terjadinya pengangguran dan banyak yang menjadi pelaku kriminal. Gubernur Batavia saat itu lantas membatasi warga Tionghoa karena angka kriminalitas yang tinggi. Aksi razia dilakukan dan warga yang tidak punya surat izin tinggal atau usaha ditangkap.
Kemudian pemerintah Belanda mengeluarkan perintah membunuh orang-orang Tionghoa. Pembantaian itu terjadi di Kali Angke. Dulu kali itu berwarna merah karena bercampur darah-darah warga Tionghoa yang menjadi korban.
Lihat Juga :
tulis komentar anda