Penculikan Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin, Gambaran Pergolakan Politik Awal Kemerdekaan

Sabtu, 29 Januari 2022 - 17:10 WIB
"Pada tanggal 30 Juni 1946, Presiden Soekarno berpidato di radio mengecam penculikan Sjahrir," tulis Pratama D Persadha dalam buku “Kode Untuk Republik, Peran Sandi Negara di Perang Kemerdekaan”.

Bung Karno dalam pidatonya meminta para penculik segera membebaskan Sjahrir. Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin mengusulkan kepada Bung Karno untuk mengambil alih jalannya pemerintahan.

Saat itu juga Bung Karno menyatakan seluruh Republik Indonesia dalam keadaan darurat.

Situasi makin panas ketika laskar Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) mulai bergerak menuju Solo. Laskar Pesindo merupakan organ sayap Partai Sosialis Indonesia (PSI) pimpinan Sutan Sjahrir.

“Pesindo memberikan ancaman perang terbuka kepada para penculik apabila Sjahrir tidak dibebaskan”.

Di ibu kota Yogyakarta, pasukan Pemuda Indonesia Maluku (PIM) didatangkan untuk menjaga keselamatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Dua hari pasca pidato kecaman Bung Karno, Perdana Menteri Sutan Sjahrir dibebaskan. Penculik melepas Sjahrir dari tempat penahanannya di Desa Paras, lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

Namun di hari yang sama menimpa Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin. Rumah Amir Sjarifuddin di Kota Baru Yogyakarta, disatroni penculik dan mereka berhasil menerobos masuk.

Dua orang pengawal Amir tewas dalam baku tembak. “Para penculik membawa pergi Amir Sjarifuddin dengan sebuah truk,” tulis Pratama D Persadha.

Di tengah perjalanan Amir mampu membebaskan diri dengan merebut pistol sopir truk sekaligus mengancam si sopir untuk mengantarkan dirinya ke gedung kepresidenan.

Pada 3 Juli 1946 pemerintah Soekarno berhasil mengungkap dalang di balik aksi penculikan Perdana Menteri Sutan Sjahrir.

Terungkapnya aksi penculikan tersebut disusul penangkapan Panglima Divisi III Mayor Jenderal RP Sudarsono dan Muhammad Yamin.

Keduanya diringkus saat menghadap Bung Karno untuk menyodorkan surat pernyataan pembubaran Kabinet Sjahrir sekaligus mengusulkan pembentukan dewan pimpinan politik yang mempunyai kewenangan politik tertinggi.

Sebelumnya Bung Karno, Bung Hatta dan Amir Sjarifuddin sudah merundingkan situasi yang dihadapi.

"Begitu kedua orang itu selesai menyampaikan tuntutan mereka, keduanya langsung ditangkap," kata Pratama D Persadha dalam buku “Kode Untuk Republik, Peran Sandi Negara di Perang Kemerdekaan”.

Pemerintahan Soekarno juga menangkap Iwa Kusuma Sumantri, Achmad Soebardjo dan Chairul Saleh yang semuanya merupakan lingkaran inti kelompok Tan Malaka.

Upaya kudeta yang dimulai dengan penculikan Perdana Menteri Sutan Sjahrir pun gagal.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More