Di Tengah Pandemi, Berburu Rumah di Ruang Sepi

Kamis, 11 Juni 2020 - 10:14 WIB
Subiran selama ini bekerja di sebuah perusahaan yang mencetak besi dan baja ringan. Sementara Halimah memiliki usaha kecil-kecilan dengan membuat kue basah dan kering yang nantinya dikirim ke penjual di pinggir jalan.

Sejak wabah COVID-19 datang, mimpi Subiran untuk memiliki hunian sempat redup ketika penghasilannya harus dipotong 20 persen tiap bulan. Bahkan, tunjangan hari raya pun ia tak memperolehnya karena kondisi keuangan perusahaannya sempat terguncang.

Berburu Tempat Berteduh di SIKasep

Pagi hari, di saat burung Perkutut miliknya sedang berjemur di halaman rumah kos, Subiran masih asyik menunggu kicaunya. Di bawah langit yang kian hangat setelah matahari merambat masuk ke pintu rumahnya.

Sebuah pohon mangga yang yang berdiri kokoh di depan rumah kostnya menjadi sandaran. Sambil menunggu Perkutut berjemur, Subiran juga ikut menghangatkan tubuhnya. Menambah pasokan vitamin yang masuk ke tubuh untuk menjaga imunitasnya di tengah pandemi.

"Kung…kung….kung….kung…." suara Perkutut mengalun lembut. Memecah keheningan pagi yang merdu lewat panggilannya. Subiran mengeluarkan ponsel, kembali membuka kiriman broadcast dari teman kerjanya yang menyarankan untuk membeli rumah melalui Aplikasi Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep).

Jarinya menari lincah, matanya menatap tajam ponsel pintar yang terus menyita perhatiannya. Senyum kecil itu pun akhirnya mengembang, beragam pilihan rumah yang diidamkan muncul dalam tampilan layar ponselnya.

Ia memasukan lokasi rumah idamannya di kawasan Sedati, Sidarjo. Daerah itu dipilih karena dekat dengan Surabaya dan mudah dijangkau dengan transportasi massal. Perumahan di sekitar rumah idamannya akhirnya bermunculan dengan daftar perumahan yang tersedia.

Subiran langsung melompat, berlari kencang menuju dapur rumah kos yang tak begitu jauh. Langkahnya langsung terhenti ketika melihat Halimah masih sibuk di depan wajan, menyelesaikan kroket yang masih saparoh matang. "Ini apik (bagus,red). Lingkungannya bersih, harganya juga bisa dijangkau," kata Subiran.

Halimah membalasnya sengan senyum dan rasa penasaran. Segera saya ia menyelesaikan gorengan kroket yang mulai tampak kecoklatan. Mandi dalam kubangan minyak goreng yang panas sebelum dikirim ke pusat jajanan di ujung gang.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More