Kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim, Memiliki Karomah Turunkan Hujan dan Disegani Raja Majapahit

Sabtu, 15 Januari 2022 - 05:00 WIB
Menurut desas-desus pemilik rumah itu amat kikir. Padahal sudah memiliki rumah yang berisi berton-ton beras. Halaman rumahnya pun sangat luas. Di sana tersusun berkarung-karung beras hasil pertanian. Rupanya Syekh Maulana Malik Ibrahim ingin menemui si empunya rumah dan menasihatinya agar meninggalkan sifat fakir dan kikir itu.

Saudagar kaya tersebut menerima dengan ramah kunjungan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dihidangkanlah jamuan yang baik bagi Syekh Maulana Malik Ibrahim. Namun sesaat berselang, datanglah seorang pengemis, perempuan tua, ke hadapan orang kaya itu.

"Tuan, saya lapar sekali, bolehkah saya minta sedikit beras," ujar perempuan tua itu sambil melirik ke karung beras yang berada di halaman. "Mana beras,? Saya tidak punya beras, karung-karung itu bukan beras, tapi pasir," ujar orang saudagar kaya itu.

Pengemis tua itu tertunduk sedih. Dia pun beranjak pergi dengan langkah kecewa. Kejadian itu disaksikan langsung Syekh Maulana Malik Ibrahim. Ternyata apa yang digunjingkan orang tentang muridnya ini benar adanya. Syekh Maulana Malik Ibrahim bergumam dalam hati, dan dia pun berdoa.



Pembicaraan yang sempat tertunda dilanjutkan kembali. Tiba-tiba ramah-tamah antara murid dan guru itu terhenti dengan teriakan salah seorang pembantu orang kaya itu. "Celaka tuan, celaka! Saya tadi melihat beras kita sudah berubah jadi pasir. Saya periksa karung lain, isinya pasir juga. Ternyata tuan, semua beras yang ada di sini telah menjadi pasir!," kata pembantu itu dengan suara bergetar melaporkan.

Orang kaya itu terkejut, segera dia beranjak dari duduknya, dihampirinya beras-beras yang merupakan harta kekayaannya itu. Ternyata benar, beras itu telah berubah menjadi pasir. Seketika tubuh orang kaya itu lemas. Dia pun bersimpuh menangis. Syekh Maulana Malik Ibrahim lalu menghampirinya.

"Bukankah engkau sendiri yang mengatakan bahwa beras yang kau miliki itu pasir, kenapa kau kini menangis?" Syekh Maulana Malik Ibrahim menyindir muridnya yang kikir itu. "Maafkan saya Sunan. Saya mengaku salah,!" murid itu meratap bersimpuh di kaki Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Syekh Maulana Malik Ibrahim tersenyum, "Alamatkan maafmu kepada Allah dan pengemis tadi. Kepada merekalah permintaan maafmu seharusnya kau lakukan," ujar Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Penyesalan yang dalam langsung menyergap orang kaya itu. Dalam hati ia mengutuk dirinya-sendiri yang telah berbuat kezaliman. Kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim dia berjanji akan mengubah semua perbuatannya. Dia mohon juga agar berasnya bisa kembali lagi seperti semula.



Kekikirannya ingin dia buang jauh-jauh dan menggantinya dengan kedermawanan. Syekh Maulana Malik Ibrahim kembali berdoa, dan dengan izin Allah, beras yang telah berubah menjadi pasir itu menjadi beras kembali.

Karena kekuatan yang berasal dari Allah memungkinkan kejadian itu. Orang kaya tersebut tidak membohongi lisannya. Dia berubah menjadi dermawan, tak pernah lagi dia menolak pengemis yang datang. Bahkan dia mendirikan musala dan majelis pengajian serta tempat ibadah lainnya. Menurut beberapa literatur yang ada, Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat ahli dalam pertanian, pengobatan dan tata negara.

Syekh Maulana Malik Ibrahim juga sempat melakukan perjalanan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Meskipun tidak masuk Islam, Raja Majapahit tetap menerima Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran Gresik.

Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama Desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran, mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

Sumber :

-jamaluddinab.blogspot.

-peutrang.blogspot.

-wikipedia dan diolah berbagai sumber.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More