Kisah Kertajaya, Raja Kediri yang Mengaku Sebagai Tuhan, Tewas Oleh Serangan Mematikan Ken Arok
Jum'at, 07 Januari 2022 - 05:05 WIB
Raja Kediri, Prabu Dandhang Gendis pamer kesaktian. Dia duduk di ujung sebatang tombak tajam dan berdiri tegak. Kesaktian yang luar biasa, membuat Prabu Dandhang Gendis kian jumawa, dan meminta para pendeta Hindu serta Buddha menyembahnya sebagai Tuhan.
Permintaan Prabu Dandhan Gendis ini, tentunya mendapatkan perlawanan dari para pendeta atau kaum Brahmana. Di tengah kebencian para Brahmana terhadap Prabu Dandang Gendis, sosok Ken Arok muncul sebagai akuwu Tumapel yang kala itu masih berada di bawah kekuasaan Kediri.
Kaum Brahmana ini mencari perlindungan kepada Ken Arok, sosok pemimpin baru yang mampu menumbangkan Tunggul Ametung menggunakan keris sakti buatan Mpu Gandring. Ken Arok pada akhirnya mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Tumapel atau Singasari, dan melepaskan diri dari Kediri.
Sepenggal kisah tentang Prabu Dandhang Gendis ini, termuat dalam Kitab Pararaton. Prabu Dandhang Gendis, dipercaya merupakan sosok Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kediri, yang akhirnya ditaklukkan oleh Ken Arok.
Sebelum terjadi perang penaklukkan Kediri oleh Tumapel, dalam Kitab Pararaton, Prabu Dandhang Gendis tak sedikitpun memiliki rasa takut terhadap siapapun, karena merasa dirinya Tuhan, dan mengaku hanya bisa dikalahkan oleh Siwa.
Mendengar pernyataan Prabu Dandhang Gendis, Ken Arok akhirnya memakai gelar Bhatara Guru yang merupakan nama lain dari Dewa Siwa. Dengan penuh keyakinan, Bhatara Guru memimpin pasukannya menyerang Kadiri.
Perang antara Tumapel dan Kadiri tak terelakkan lagi. Pasukan Kediri dipimpin oleh Mahisa Walungan yang merupakan adik Dandhang Gendis, dan Gubar Baleman. Kedua panglima pasukan Kediri itu, akhirnya mati di tangan Ken Arok.
Permintaan Prabu Dandhan Gendis ini, tentunya mendapatkan perlawanan dari para pendeta atau kaum Brahmana. Di tengah kebencian para Brahmana terhadap Prabu Dandang Gendis, sosok Ken Arok muncul sebagai akuwu Tumapel yang kala itu masih berada di bawah kekuasaan Kediri.
Kaum Brahmana ini mencari perlindungan kepada Ken Arok, sosok pemimpin baru yang mampu menumbangkan Tunggul Ametung menggunakan keris sakti buatan Mpu Gandring. Ken Arok pada akhirnya mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja Tumapel atau Singasari, dan melepaskan diri dari Kediri.
Baca Juga
Sepenggal kisah tentang Prabu Dandhang Gendis ini, termuat dalam Kitab Pararaton. Prabu Dandhang Gendis, dipercaya merupakan sosok Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kediri, yang akhirnya ditaklukkan oleh Ken Arok.
Sebelum terjadi perang penaklukkan Kediri oleh Tumapel, dalam Kitab Pararaton, Prabu Dandhang Gendis tak sedikitpun memiliki rasa takut terhadap siapapun, karena merasa dirinya Tuhan, dan mengaku hanya bisa dikalahkan oleh Siwa.
Mendengar pernyataan Prabu Dandhang Gendis, Ken Arok akhirnya memakai gelar Bhatara Guru yang merupakan nama lain dari Dewa Siwa. Dengan penuh keyakinan, Bhatara Guru memimpin pasukannya menyerang Kadiri.
Perang antara Tumapel dan Kadiri tak terelakkan lagi. Pasukan Kediri dipimpin oleh Mahisa Walungan yang merupakan adik Dandhang Gendis, dan Gubar Baleman. Kedua panglima pasukan Kediri itu, akhirnya mati di tangan Ken Arok.
tulis komentar anda