Kesaktian Keris Kalamunyeng dan Tentara Kumbang Bikin Pasukan Majapahit Kocar-kacir

Sabtu, 18 Desember 2021 - 13:44 WIB
Dalam perjalanan waktu, Sunan Giri Gajah wafat dengan meninggalkan 10 putra putri. Sunan Dalem, putra laki-laki tertua dari garwa padmi (permaisuri) yang menggantikannya.

Ia juga berkudukan di Giri Kedhaton. Sunan Giri Dalem juga dikenal dengan panggilan Sunan Giri II. Sunan Giri Dalem tidak sepopuler Sunan Giri Gajah, ayahnya.

Sepeninggal Sunan Giri Dalem yang telah mangkat, kekuasaan Giri Kedhaton dilanjutkan Sunan Giri Prapen, putra keduanya. Sunan Giri Prapen merupakan cucu Sunan Giri Gajah.

Ia memiliki kepandaian sekaligus kesaktian semashyur kakeknya. Sunan Giri Prapen juga menolak tunduk kepada Kerajaan Majapahit yang itu membuat sang raja murka.

Untuk kedua kalinya Raja Majapahit menitahkan patih untuk menggempur Giri Kedhaton. Pangeran Majapahit bahkan turut serta dalam penyerbuan besar-besaran tersebut. Singkat cerita, perang besar antara pasukan Majapahit dengan prajurit Giri tidak terelakkan.

Jumlah pasukan Majapahit yang lebih besar membuat pasukan Giri terdesak dan banyak yang tewas.

Sunan Giri Prapen sendiri terpaksa keluar istana, mengungsi ke tepi pantai, membawa serta seluruh keluarganya. “Pasukan Giri pada akhirnya menyerah kalah,” tulis Agus Wahyudi. Pasukan Majapahit berhasil menduduki istana Giri.

Pangeran Majapahit yang merasa sudah menang kemudian berjalan-jalan bersama patih serta iringan prajurit. Mereka mengelilingi wilayah taklukkannya, terutama di sekitar Istana Giri.

Sesampai di makam Sunan Giri Gajah, putra raja Majapahit itu berhenti. Ia lalu memerintahkan prajurit Majapahit menggali makam waliyullah tersebut. Mata pangeran Majapahit seketika terbelalak.

Setiap prajurit Majapahit yang mendekati makam Sunan Giri Gajah, tiba-tiba jatuh terjengkang, mengaduh kesakitan dan tidak berlangsung lama, tewas. Pangeran Majapahit tidak kurang akal.

Dengan didahului todongan tombak, ia memerintahkan dua orang juru kunci makam Sunan Giri Gajah, sebagai penggali. Padahal keduanya dalam keadaan lumpuh.

“Dua penjaga makam itu pun menurut. Keduanya menggali makam. Tak ada kejadian apa-apa,” kata Agus Wahyudi. Penggalian terus berlanjut hingga semua melihat peti mati yang terbuat dari kayu. Pangeran Majapahit mendesak keduanya segera membuka tutup peti. Secara perlahan-lahan tutup peti dikuak.

Tiba-tiba dari celah kayu yang terkuak sedikit itu, dari dalam peti keluar seekor kumbang. Awalnya seekor, namun dalam waktu cepat, menyusul kumbang lain. Kumbang-kumbang yang jumlahnya tidak terhitung itu melesat terbang dan menyerang pasukan Majapahit. Serangga itu menyengati para prajurit secara membabi buta.

Para prajurit Majapahit mencoba melawan dengan senjata di tangan. Namun kumbang-kumbang itu kebal. Karena melihat tidak mungkin bertahan, pangeran Majapahit menarik mundur pasukan, menjauhi makam Sunan Giri Gajah. Namun kumbang yang berjumlah tidak terhingga itu terus merangsek menyerang.

Seluruh parajurit Majapahit akhirnya kabur meninggalkan Giri Kedhaton. Bahkan kumbang-kumbang itu konon sampai menyerang Istana Majapahit sehingga sang raja sempat meninggalkan kratonnya.

“Mereka pulang ke Majapahit lantaran tiada mampu menahan serangan kumbang-kumbang yang tak terhitung banyaknya,” demikian diriwayatkan “Serat Centhini I, Kisah Pelarian Putra-putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa”.

Situasi Giri kembali tenang. Sunan Giri Prapen beserta keluarga yang kemudian kembali ke istananya mengucap syukur sekaligus memohon kepada sang maha kuasa untuk senantiasa memberi keselamatan.

Sunan Giri Prapen mengatakan, kelak keturunan Ki Ageng Mataram atau Ki Ageng Pemanahan yang akan memerintah tanah Jawa, dan bumi Giri akan tunduk kepada Mataram.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More