Komunitas Hatabosi Kecamatan Marancar Siap Raih Kalpataru 2020
Sabtu, 06 Juni 2020 - 17:06 WIB
TAPANULI SELATAN - Komunitas Hatabosi menjadi satu dari 20 nominator yang layak untuk mendapatkan Kalpataru 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Bupati Tapsel, Syahrul M Pasaribu mengatakan, komunitas tersebut merupakan kelompok masyarakat pemerhati lingkungan yang berasal dari desa dan Dusun Haunatas, Tangjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap) Kecamatan Marancar. Komunitas ini menyadari air adalah sumber kehidupan dan akan terjamin apabila hutan tetap lestari. (Baca juga : Matangkan Penerapan New Normal, Forkominda Tapanuli Utara Gelar Pertemuan )
"Semangat Hatabosi merupakan kearifan lokal yang sudah lebih dari 100 tahun dalam menjaga, melindungi dan melestarikan hutan yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali dan beririsan dengan ekosistem Batangtoru yang menjadi sumber air bagi kehidupan masyarakat," ujarnya pada saat vidcon.
Bupati yang sudah dua periode menjabat itu menjelaskan, filosofi Hatabosi ini sudah menjadi sumber inspirasi daerah lain khususnya di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel).
Dijelaskan Bupati, secara spesifik wilayah Hatabosi berada di kawasan areal penggunaan lahan (APL). Tapi sambungnya, penebangan pohon diatur secara ketat dan tidak boleh sembarangan. “Ada Peraturan Desa yang mengatur, dan dari waktu ke waktu kearifan lokal terpelihara dengan baik sehingga menjadi sangat penting sebagai sumber kehidupan masyarakat Hatabosi.
Selama memimpin Tapsel, Syahrul selalu membuat kebijakan yang bersifat ramah lingkungan. Semengat Hatabosi, membuat Syahrul selalu berupaya untuk memberikan ketersediaan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga mikro hydro (PLTMH) yang tidak dapat dijangkau PLN baik yang berada di dusun-dusun maupun di desa.
“Sudah ada 17 PLTMH yang terbangun, sehingga pelestarian hutan dapat terjamin,” ujar mantan anggota DPRD Sumut itu. Syahrul menegaskan, mendukung sikap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang akan memberikan penghargaan. Sehingga, menjadi contoh terhadap masyarakat lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dalam menyelamatkan alam semesta dari kepunahan sehingga kelak dapat diwariskan kepada anak cucu. (
)
Adapun Tim Verifikasi dan Validasi yaitu Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, Hasnawir, S.Hut, M.Sc, Ph.D, Dadang Kusbiantoro, SE, Drs. Mardi Effendi, Ir. Latifah Hendarto, M.Sc, Dra. Vidya Sari Nalang, M.Sc, drh. Triyaka Lisdiyanta, M.Si, Drs. Untung Widyanto, M.Si, Ahmad Junaedi, SH, Fitri Novitasari, S.Sos, M.Sc, Bona Sapril Sinaga, S.Hut, Arjun, SE, Nurhayati, ST, M.Si, M. Mashuri Alif, SE, Sita Anggreini, SE, Faisal M. Jasin, ST, M.Si, Siti Mardian Pramiati, S.Si, dan Nurdesri Wahyuningtyas, SE.
Turut hadir pada vidcon, Staf Ahli Bupati Bid. Ekbang Syahgiman Siregar, Ka. Bappeda Abadi Siregar, Kadis LH Syahrir Siregar, Kadis Naker Arman Pasaribu, Kabag Humas dan Protokol Isnut Siregar, Camat Marancar Supri Siregar, Kades Haunatas, Kades Tanjung Dolok, tokoh adat, mantari bondar dan jago bondar.
Bupati Tapsel, Syahrul M Pasaribu mengatakan, komunitas tersebut merupakan kelompok masyarakat pemerhati lingkungan yang berasal dari desa dan Dusun Haunatas, Tangjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap) Kecamatan Marancar. Komunitas ini menyadari air adalah sumber kehidupan dan akan terjamin apabila hutan tetap lestari. (Baca juga : Matangkan Penerapan New Normal, Forkominda Tapanuli Utara Gelar Pertemuan )
"Semangat Hatabosi merupakan kearifan lokal yang sudah lebih dari 100 tahun dalam menjaga, melindungi dan melestarikan hutan yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali dan beririsan dengan ekosistem Batangtoru yang menjadi sumber air bagi kehidupan masyarakat," ujarnya pada saat vidcon.
Bupati yang sudah dua periode menjabat itu menjelaskan, filosofi Hatabosi ini sudah menjadi sumber inspirasi daerah lain khususnya di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel).
Dijelaskan Bupati, secara spesifik wilayah Hatabosi berada di kawasan areal penggunaan lahan (APL). Tapi sambungnya, penebangan pohon diatur secara ketat dan tidak boleh sembarangan. “Ada Peraturan Desa yang mengatur, dan dari waktu ke waktu kearifan lokal terpelihara dengan baik sehingga menjadi sangat penting sebagai sumber kehidupan masyarakat Hatabosi.
Selama memimpin Tapsel, Syahrul selalu membuat kebijakan yang bersifat ramah lingkungan. Semengat Hatabosi, membuat Syahrul selalu berupaya untuk memberikan ketersediaan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga mikro hydro (PLTMH) yang tidak dapat dijangkau PLN baik yang berada di dusun-dusun maupun di desa.
“Sudah ada 17 PLTMH yang terbangun, sehingga pelestarian hutan dapat terjamin,” ujar mantan anggota DPRD Sumut itu. Syahrul menegaskan, mendukung sikap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang akan memberikan penghargaan. Sehingga, menjadi contoh terhadap masyarakat lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dalam menyelamatkan alam semesta dari kepunahan sehingga kelak dapat diwariskan kepada anak cucu. (
Baca Juga
Adapun Tim Verifikasi dan Validasi yaitu Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, Hasnawir, S.Hut, M.Sc, Ph.D, Dadang Kusbiantoro, SE, Drs. Mardi Effendi, Ir. Latifah Hendarto, M.Sc, Dra. Vidya Sari Nalang, M.Sc, drh. Triyaka Lisdiyanta, M.Si, Drs. Untung Widyanto, M.Si, Ahmad Junaedi, SH, Fitri Novitasari, S.Sos, M.Sc, Bona Sapril Sinaga, S.Hut, Arjun, SE, Nurhayati, ST, M.Si, M. Mashuri Alif, SE, Sita Anggreini, SE, Faisal M. Jasin, ST, M.Si, Siti Mardian Pramiati, S.Si, dan Nurdesri Wahyuningtyas, SE.
Turut hadir pada vidcon, Staf Ahli Bupati Bid. Ekbang Syahgiman Siregar, Ka. Bappeda Abadi Siregar, Kadis LH Syahrir Siregar, Kadis Naker Arman Pasaribu, Kabag Humas dan Protokol Isnut Siregar, Camat Marancar Supri Siregar, Kades Haunatas, Kades Tanjung Dolok, tokoh adat, mantari bondar dan jago bondar.
(nfl)
tulis komentar anda