Pawon Rabi'ah dan Impian Besar Bersama Ikan Asap
Minggu, 31 Oktober 2021 - 08:20 WIB
Ia langsung membalasnya dengan senyuman, kerut pipinya membuncah dan segera mengandeng cucunya ke meja kecil. Mereka pun larut dalam candaan, Rabi'ah mengajak cucunya untuk duduk di dekat pintu pawon, memandang matahari yang kini mulai terlihat gagah.
Di Penatarsewu, jalanan mulai ramai. Asap-asap dari tungku rumah-rumah warga saling berkejaran. Kerumunan asap itu seperti memberikan tanda ke langit kalau mereka tak pernah menyerah, semangat yang selalu dibungkus dalam optimisme untuk mewarnai kehidupan, dari desa kecil di pinggir delta.
Serap Tenaga Kerja dari Warga yang Kena PHK
Sebagai kota panyangga Surabaya, peranan Sidoarjo banyak terserap ke sektor industri dan jasa. Kondisi itu membuat banyak warga yang mengantungkan penghasilannya sebagai buruh pabrik yang tersebar di berbagai wilayah.
Sejak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia. Banyak warga yang harus rela terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di tengah ekonomi warga yang terjepit, ada harapan yang terus berkembang melalui ikan asap di Penatarsewu. Para warga yang terkena PHK bisa sedikit lega karena mereka masih bisa berpenghasilan dari ikan asap.
Deretan perahu sudah bersandar di dekat jembatan yang dibalut cat berwarna hijau. Rumah warga yang berada di samping jembatan sudah mengepul asap dari cerobong yang dibuat lebih tinggi dari rumahnya, menyelimuti perkampungan dan aroma segar ikan yang sudah matang. Kendaraan yang keluar masuk bergantian untuk mengangkut ikan. Halaman rumah warga sudah penuh dengan peluh, menyiapkan ikan yang sudah siap diangkut.
Kepala Desa Penatarsewu, Choliq menuturkan, ikan asap kini menjadi lumbung rezeki bagi para warganya. Setiap tahun selalu ada peningkatan produksi serta pemasukan yang bisa dinikmati warga. Pendampingan yang sudah dilakukan oleh Pertamina meningkatkan volume pengasapan ikan yang melaju dengan pesat.
Dulu, katanya, para warga di Penatarsewu masih memakai cara tradisional untuk pengasapan. Cara lama yang sudah diwariskan turun-temurun dengan tungku yang kecil. "Jadi kalau dihitung, dulu itu satu pengasap hanya bisa mengasapi ikan sebanyak 90-100 kilogram saja. Sekarang naik drastis, banyak warga yang bisa menembus dua kwintal sehari," jelasnya.
Di Penatarsewu, jalanan mulai ramai. Asap-asap dari tungku rumah-rumah warga saling berkejaran. Kerumunan asap itu seperti memberikan tanda ke langit kalau mereka tak pernah menyerah, semangat yang selalu dibungkus dalam optimisme untuk mewarnai kehidupan, dari desa kecil di pinggir delta.
Serap Tenaga Kerja dari Warga yang Kena PHK
Sebagai kota panyangga Surabaya, peranan Sidoarjo banyak terserap ke sektor industri dan jasa. Kondisi itu membuat banyak warga yang mengantungkan penghasilannya sebagai buruh pabrik yang tersebar di berbagai wilayah.
Sejak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia. Banyak warga yang harus rela terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di tengah ekonomi warga yang terjepit, ada harapan yang terus berkembang melalui ikan asap di Penatarsewu. Para warga yang terkena PHK bisa sedikit lega karena mereka masih bisa berpenghasilan dari ikan asap.
Deretan perahu sudah bersandar di dekat jembatan yang dibalut cat berwarna hijau. Rumah warga yang berada di samping jembatan sudah mengepul asap dari cerobong yang dibuat lebih tinggi dari rumahnya, menyelimuti perkampungan dan aroma segar ikan yang sudah matang. Kendaraan yang keluar masuk bergantian untuk mengangkut ikan. Halaman rumah warga sudah penuh dengan peluh, menyiapkan ikan yang sudah siap diangkut.
Kepala Desa Penatarsewu, Choliq menuturkan, ikan asap kini menjadi lumbung rezeki bagi para warganya. Setiap tahun selalu ada peningkatan produksi serta pemasukan yang bisa dinikmati warga. Pendampingan yang sudah dilakukan oleh Pertamina meningkatkan volume pengasapan ikan yang melaju dengan pesat.
Dulu, katanya, para warga di Penatarsewu masih memakai cara tradisional untuk pengasapan. Cara lama yang sudah diwariskan turun-temurun dengan tungku yang kecil. "Jadi kalau dihitung, dulu itu satu pengasap hanya bisa mengasapi ikan sebanyak 90-100 kilogram saja. Sekarang naik drastis, banyak warga yang bisa menembus dua kwintal sehari," jelasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda