51 Petugas Medis RSUD Kota Bogor Terpapar COVID-19, Mayoritas Tak Tangani Pasien Corona
Rabu, 22 April 2020 - 09:19 WIB
BOGOR - Direktur Utama RSUD Kota Bogor dr Ilham Chaidir mengungkapkan, 51 pegawai (tenaga kesehatan dan penunjang) yang diketahui terpapar COVID-19 melalui Rapid Test, sebagian besar tak berhubungan dengan pasien Corona.
“Justru pegawai yang positif COVID-19 berdasarkan Rapid Test ini mayoritas yang tak berhubungan atau merawat pasien COVID-19. Ada yang di ruangan farmasi, rawat jalan, bahkan cleaning service dan lain-lain," ungkapnya, Rabu (22/4/2020).
Ilham mengatakan, walaupun hasil swab test atau PCR nanti positif, tetap sulit mengetahui dari mana mereka tertular, apakah dari pasien yang berbohong atau dari luar rumah sakit. "Ya pokoknya dengan trase kita, pasien yang bohong akan ketahuan saja dengan pertanyaan klinis medisnya,” ucapnya.
Ilham menambahkan, dengan kondisi ini pihaknya akan menganggap semua pasien yang datang ke RSUD Kota Bogor akan dilayani sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19. Tenaga medis yang melayani juga wajib mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Ini dilakukan agar supaya berhati-hati. Karena semua tenaga medis yang mengenakan APD proteknya untuk yang melayani pasien yang datang. Saat ini APD mencukupi ada sekitar 6000 unit, baik yang beli maupun bantuan," jelasnya. (Baca juga; 51 Tenaga Kesehatan Positif COVID-19, RSUD Kota Bogor Perketat Penanganan Pasien )
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim juga meminta kepada tenaga medis dan tenaga penunjang RSUD Kota Bogor melengkapi diri dengan APD untuk menghindari pemaparan COVID-19. Pemkot Bogor pun berusaha memenuhi ketersedian APD di RSUD Kota Bogor untuk para tenaga medis.
"Namun APD itu barang langka khususnya yang kualitas medis atau medical grade. Untuk petugas medis RSUD dibutuhkan 112 buah APD per hari atau 3.500 APD per hari. Dengan kejadian seperti ini kita perlu menambah APD bahkan untuk hampir semua pegawai non medis dan penunjang," tegasnya. (Baca juga; Dedie Minta RSUD Kota Bogor Hentikan Layanan Rawat Inap dan Non-COVID-19 )
“Justru pegawai yang positif COVID-19 berdasarkan Rapid Test ini mayoritas yang tak berhubungan atau merawat pasien COVID-19. Ada yang di ruangan farmasi, rawat jalan, bahkan cleaning service dan lain-lain," ungkapnya, Rabu (22/4/2020).
Ilham mengatakan, walaupun hasil swab test atau PCR nanti positif, tetap sulit mengetahui dari mana mereka tertular, apakah dari pasien yang berbohong atau dari luar rumah sakit. "Ya pokoknya dengan trase kita, pasien yang bohong akan ketahuan saja dengan pertanyaan klinis medisnya,” ucapnya.
Ilham menambahkan, dengan kondisi ini pihaknya akan menganggap semua pasien yang datang ke RSUD Kota Bogor akan dilayani sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19. Tenaga medis yang melayani juga wajib mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Ini dilakukan agar supaya berhati-hati. Karena semua tenaga medis yang mengenakan APD proteknya untuk yang melayani pasien yang datang. Saat ini APD mencukupi ada sekitar 6000 unit, baik yang beli maupun bantuan," jelasnya. (Baca juga; 51 Tenaga Kesehatan Positif COVID-19, RSUD Kota Bogor Perketat Penanganan Pasien )
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim juga meminta kepada tenaga medis dan tenaga penunjang RSUD Kota Bogor melengkapi diri dengan APD untuk menghindari pemaparan COVID-19. Pemkot Bogor pun berusaha memenuhi ketersedian APD di RSUD Kota Bogor untuk para tenaga medis.
"Namun APD itu barang langka khususnya yang kualitas medis atau medical grade. Untuk petugas medis RSUD dibutuhkan 112 buah APD per hari atau 3.500 APD per hari. Dengan kejadian seperti ini kita perlu menambah APD bahkan untuk hampir semua pegawai non medis dan penunjang," tegasnya. (Baca juga; Dedie Minta RSUD Kota Bogor Hentikan Layanan Rawat Inap dan Non-COVID-19 )
(wib)
tulis komentar anda