Dampak Corona, Nelayan Bawean Enggan Melaut, Harga Ikan Anjlok
Senin, 13 April 2020 - 14:44 WIB
SURABAYA - Para nelayan di Gresik mulai enggan melaut. Pemicunya, harga ikan tangkapan menurun tajam, tidak sebanding biaya operasional.
Pantauan di lapangan, harga ikan di Pulau Bawean terus anjlok. Yang semula Rp25.000 perkilo kini hanya Rp10.000 perkilo.
Salah satu nelayan Bawean, M Ali (45) mengaku resah. Dampak pandemi Covid-19 sudah dirasakan nelayan yang penghasilannya hanya dari hasil laut.
"Bukan hanya rugi, kami para nelayan menangis. Dampaknya sangat luar biasa, hidup kami menggantungkan pada hasil laut," ujarnya, Senin (13/4/2020).
Dia menjelaskan, biaya operasional berangkat melaut begitu besar. Mulai dari bahan bakar, jaring dan sejumlah alat tangkap ikan yang lain. Jika dibandingkan dengan hasil yang didapat sangat jauh.
"Sekarang ikan tongkol seperti tidak ada harganya. Dulu Rp 25 ribu hingga turun menjadi Rp 10 ribu," ungkapnya.
Disisi lain, Kasi Kenelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Gresik, Zainal Abidin membenarkan dampak Covid-19 berpengaruh pada nelayan. Mulai dari penurunan harga ikan hingga banyak yang tidak menerima orderan.
Disebutkan, harga ikan lobster yang biasanya mencapai Rp600.000 perkilo turun menjadi Rp200.000 perkilo. Demikian pula ikan kerapu. Bahkan, banyak restoran yang sudah tidak menerima orderan.
"Penurunan harga ikan ini secara nasional, di Gresik udang putih dari Rp 100 ribu menjadi Rp 40 ribu, udang budidaya Rp 80 ribu menjadi Rp 50 ribu. Yang pasti harga ikan sekarang turun drastis," urainya.
Meski terdampak, belum ada solusi untuk para nelayan di Gresik. Namun, berdasarkan instruksi Kementerian Kelautan, sementara ini Dinas Perikanan melakukan pendataan nelayan yang terdampak Covid-19.
"Sementara kami data, harapannya ada bantuan dari pemerintah. Apalagi dalam waktun dekat memasuki bulan suci Ramadhan," pungkasnya.
Pantauan di lapangan, harga ikan di Pulau Bawean terus anjlok. Yang semula Rp25.000 perkilo kini hanya Rp10.000 perkilo.
Salah satu nelayan Bawean, M Ali (45) mengaku resah. Dampak pandemi Covid-19 sudah dirasakan nelayan yang penghasilannya hanya dari hasil laut.
"Bukan hanya rugi, kami para nelayan menangis. Dampaknya sangat luar biasa, hidup kami menggantungkan pada hasil laut," ujarnya, Senin (13/4/2020).
Dia menjelaskan, biaya operasional berangkat melaut begitu besar. Mulai dari bahan bakar, jaring dan sejumlah alat tangkap ikan yang lain. Jika dibandingkan dengan hasil yang didapat sangat jauh.
"Sekarang ikan tongkol seperti tidak ada harganya. Dulu Rp 25 ribu hingga turun menjadi Rp 10 ribu," ungkapnya.
Disisi lain, Kasi Kenelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Gresik, Zainal Abidin membenarkan dampak Covid-19 berpengaruh pada nelayan. Mulai dari penurunan harga ikan hingga banyak yang tidak menerima orderan.
Disebutkan, harga ikan lobster yang biasanya mencapai Rp600.000 perkilo turun menjadi Rp200.000 perkilo. Demikian pula ikan kerapu. Bahkan, banyak restoran yang sudah tidak menerima orderan.
"Penurunan harga ikan ini secara nasional, di Gresik udang putih dari Rp 100 ribu menjadi Rp 40 ribu, udang budidaya Rp 80 ribu menjadi Rp 50 ribu. Yang pasti harga ikan sekarang turun drastis," urainya.
Meski terdampak, belum ada solusi untuk para nelayan di Gresik. Namun, berdasarkan instruksi Kementerian Kelautan, sementara ini Dinas Perikanan melakukan pendataan nelayan yang terdampak Covid-19.
"Sementara kami data, harapannya ada bantuan dari pemerintah. Apalagi dalam waktun dekat memasuki bulan suci Ramadhan," pungkasnya.
(mas)
tulis komentar anda