Cerita Pembuatan Bendera Pusaka, Tenda Warung Soto dan Rp500 Sen Begini Kisahnya
Selasa, 17 Agustus 2021 - 07:22 WIB
Kain itu diperoleh dari sebuah gudang Jepang di daerah Pintu Air, Jakarta Pusat, di depan bekas Bioskop Capitol. “Saya diminta oleh Shimizu untuk mengambil kain itu dan mengantarkannya kepada ibu Fatmawati,” kenang Chairul.
Sementara dalam versi lain diceritakan jika, kain berwarna merah yang dijadikan bendera tersebut berasal dari warung tenda soto yang dibeli seharga Rp500 sen.
Dimana kala itu Fatmawati sudah membuat bendera Merah Putih sebelum 16 Agustus 1945. Namun, lantaran dianggap kekecilan, karena panjangnya hanya 50 centimeter, dia pun berencana membuat kembali bendera tersebut.
Namun, saat membuka lemari pakaiannya, Ibu Fat hanya menemukan selembar kain putih bersih bahan seprai. Dia tak punya kain berwarna merah sama sekali.
Disaat yang bersamaan, seorang pemuda bernama Lukas Kustaryo (Di kemudian hari masuk militer dengan pangkat terakhir Brigjen) yang berada di kediaman Soekarno. Ibu Fat kemudian menyuruh pemuda ini untuk mencari kain merah untuk bendera pusaka.
Menurut penuturan Lukas Kustaryo, pada majalah Intisari edisi Agustus 1991, dia lantas berkeliling dan akhirnya menemukan kain merah yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto. Kemudian, kain merah tersebut ditebusnya dengan harga Rp500 sen, dan menyerahkannya kepada Ibu Fat.
Akhirnya, Ibu Fat menjahit bendera Merah Putih yang baru dengan ukuran 276 x 200 cm malam itu juga untuk digunakan keesokan harinya. Bendera itu akhirnya dikibarkan pada hari Jumat 17 Agustus 1945 sekaligus menjadi bendera pusaka di kemudian hari.
Sang Saka Merah Putih terakhir kali berkibar pada 1969, kemudian pemerintah RI membuat bendera duplikat dengan ukuran 300 x 200 cm.
Sumber:
tulis komentar anda